Saat masuk di kampus itu, awalnya Nyoman memilih jurusan seni lukis.
Namun, setelah selama satu tahun mengikuti perkuliahan, Nyoman Nuarta menemukan jurusan lain yang lebih menarik, yakni seni patung.
Nyoman merasa seni patung sesuatu yang unik karena menghasilkan karya tiga dimensi dengan proses kerja yang juga menarik.
Baca juga: Patung Horibote Sensei Muncul di Kyoto Jepang, Semangati Peserta Ujian Perguruan Tinggi
Beberapa tahun setelah itu, Nyoman bersama beberapa sahabat dekatnya seperti pelukis Hardi, Dede Eri Supria, Harsono dan kritikus seni Jim Supangkat bergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru di Indonesia pada tahun 1977.
Gerakan ini kemudian menjadi salah satu tonggak penting perkembangan seni rupa di Indonesia dan telah menerima penghargaan dari Presiden Soeharto di tahun 1979.
Pada tahun 1979 pula, Nyoman berhasil memenangkan lomba desain Monumen Proklamasi.
Prestasi Nyoman Nuarta ketika memenangkan lomba mendesain Monumen Proklamator, ternyata membuat Presiden Soeharto semakin kepincut.
Dalam suatu kunjungan ke Turki pada tahun 80-an, Presiden Soeharto tertarik dengan arsitektur yang dia jumpai.
Jalanan Turki banyak dihiasi monumen yang dibangun berdasarkan kisah-kisah masa lalu negara tersebut.
Presiden Soeharto kemudian ingin memiliki monumen berdasar cerita tentang kebudayaan Indonesia.
Akhirnya, bersama Nyoman Nuarta, keinginan presiden itu tersebut diwujudkan dengan dibangunnya Patung Arjuna Wijaya di Jakarta.
Mengutip Nuarta.com, pada tahun 2000 lalu, Nyoman Nuarta membuka NuArt Sculpture Park di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Seperti namanya, Taman Patung NuArt utamanya adalah tempat Nyoman menampilkan
karyanya yang dimulai dari awal karirnya ke sampai karya yang terbaru.
Tempat tersebut mempunyai luas 3 hektar, secara khusus dirancang dan dikembangkan untuk pecinta seni.