TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS Anis Byarwati, menyoroti ketimpangan (in equality) yang terjadi akibat pandemi Covid-19, dalam kunjungan kerja spesifik Komisi XI DPR RI ke Jawa Timur.
Kunjungan kerja spesifik ini sendiri dilakukan dalam rangka Sosialisasi UU Cipta Kerja dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) oleh Bank Indonesia.
Hadir juga dalam acara ini Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Anggota Dewan Komisioner OJK, Wakil Gubernur Jawa Timur, BPS, Bulog, dan Himpunan Bank Negara (Himbara).
Baca juga: Kurangi Pengangguran, Handika Pratama Bikin Usaha Warkop Naik Kelas
Menanggapi paparan dari BI, OJK, BPS dan Himbara, Anis menyoroti data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2020, dimana angka pengangguran sangat tinggi.
Tingginya angka pengangguran akibat pandemi covid-19 ini didominasi oleh masyarakat miskin yang jumlahnya 54%, sedangkan masyarakat menengah jumlah penganggurannya 39%, dan masyarakat kaya jumlahnya 7%.
Data ini dengan jelas menegaskan bahwa pengangguran di Indonesia separuhnya adalah masyarakat miskin.
Menurut Anis, hal ini menuntut program-program yang dicanangkan pemerintah seharusnya menyasar masyarakat miskin.
“Jadi kalau kita melihat paparan program-program yang dipaparkan tadi, yang ingin betul-betul ingin saya tekankan, semestinya program-program tersebut dapat memperbaiki angka ketimpangan,” tutur Anis, dalam keterangannya, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Kemnaker Dukung Langkah Pemda Turunkan Pengangguran
Selain itu, Anis juga menyoroti penurunan pendapatan yang lebih banyak dirasakan oleh masyarakat kelas menengah dan masyarakat miskin.
Jika dikaitkan dengan WFH (Work From Home), data menunjukkan yang melakukan WFH sebagian besarnya adalah pekerja berpendapatan tinggi yang jumlahnya 47%.
Sedangkan masyarakat miskin harus berjibaku dengan tingginya working hour atau mencari pekerjaan sampingan.
Itu sebabnya, menurut Anis, ketimpangan selalu linier dengan kerentanan menghadapi covid.
Semakin besar ketimpangan disuatu daerah, maka semakin rentan masyarakat di daerah tersebut terpapar covid-19.
"Saya kembali mengingatkan agar program-program yang digulirkan pemerintah harus benar-benar menyasar masyarakat miskin yang paling terdampak dengan pandemi," ucapnya.
Baca juga: Kritik KPK Keluarkan SP3 pada Kasus BLBI, PKS: Jangan karena Tidak Mampu, Semua Di-SP3
Anis yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI ini kemudian mengungkit data sakernas terkait dengan pengguna e-commerce di Indonesia yang menyebutkan bahwa 63,39% pengguna e-commmerce merupakan masyarakat kaya, 34,62% masyarakat menengah dan hanya 18,92% penggunanya masyarakat miskin.
Anis tidak memungkiri bahwa teknologi e-commerce memang membantu pemulihan ekonomi.
Tetapi manfaat yang dirasakan masyarakat miskin sangat kecil dibandingkan dengan masyarakat kalangan menengah dan kalangan atas.
Karena itu dia menilai perlu ada terobosan baru untuk mengangkat masyarakat miskin yang paling terdampak dan harus berjibaku disaat orang-orang berada melakukan WFH.
“Pemerintah harus mencari terobosan dan memikirkan program apa yang bisa menyasar kelompok miskin agar bisa mengangkat kondisi ekonomi mereka dan benar-benar enjadi solusi untuk mereka,” pungkasnya.