News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cuaca Ekstrem di Indonesia Timur

Badai Siklon Seroja yang Sebabkan Bencana di NTB dan NTT

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar ini memperlihatkan banjir yang memporakporandakan rumah warga di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur pada Minggu 4 April 2021. (Dokumen warga/istimewa)

Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa badai Siklon Tropis Seroja yang menyebabkan cuaca ekstrem di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan siklon ke 10 yang terdeteksi di Indonesia.

"Siklon Tropis Seroja ini merupakan siklon ke 10 yang terdeteksi oleh tropical cyclone warning center BMKG Jakarta," kata dia usai rapat terbatas dengan Presiden, Selasa, (6/4/2021).

Badai siklon tersebut kata Dwi merupakan yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya. Badai siklon muncul karena dampak dari naiknya suhu muka air laut di wilayah perairan NTT.

Baca juga: TNI AU Kerahkan 2 Pesawat Hercules Untuk Kirim Bantuan Bagi Korban Banjir Bandang Flores

"Suhu yang tercatat sudah mencapai 30 derajat Celcius yang semestinya rata-rata sekitar 26 derajat celcius," katanya.

Dwi mengatakan bencana banjir, banjir bandang, dan longsor akibat cuaca ekstrem terjadi di wilayah NTT pada 5 Januari lalu karena Badai Siklon Tropis Seroja tepat berada di atas perairan NTT dan masuk ke darat. Badai siklon tersebut saat ini telah menjauh ke arah barat daya.

Baca juga: Potret Kepala BNPB Doni Monardo Tinjau Bencana Banjir Bandang NTT

"Siklon ini sudah semakin menjauhi Indonesia, meskipun kecepatannya semakin tinggi," kata dia.

Perbedaan badai Siklon Tropis Seroja kali ini dengan siklon-siklon sebelumnya yakni dari pergerakannya. Badai Siklon Tropis Seroja pada 2-3 April lalu masuk ke daratan.
Padahal pada umumnya, kata Dwi, badai siklon yang terjadi di Indonesia tidak masuk ke daratan.

Dwi kemudian membandingkan Siklon Tropis Seroja dengan siklon sebelumnya yakni Badai Siklon Cempaka yang hanya bergerak di lautan. Menurut dia, badai Siklon Cempaka sudah terurai sebelum masuk ke daratan.

"Tetapi yang saat ini (Siklon Seroja) mulai berkembang (terbentuk) saja sudah kena pulau (masuk daratan), dan itu lah yang membuat (dampaknya) lebih dahsyat.

Bayangkan kecepatannya saat terbentuk bisa sampai pusarannya 85 km per jam.

Siklon Seroja, saat terbentuk sudah masuk di Kupang, yang pusaran kecepatannya berada di darat, ini yang baru pertama kali terjadi di Indonesia," pungkasnya.

Berita terkait

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini