Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terletak di cincin api pasifik, membuat Indonesia kerap dilanda bencana, baik itu gempa bumi maupun gempa yang berujung tsunami.
Seperti gempa bumi yang mengguncang Malang, Jawa Timur, pada 10 April lalu.
Berkaca pada beberapa bencana alam yang terjadi di wilayah lain yang berdampak pada potensi tsunami, perlu adanya upaya mitigasi bencana seperti penerapan Sistem Peringatan Dini Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
Baca juga: Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara Tak Berpotensi Tsunami
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai lembaga pemerintah yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi pun sebelumnya telah menerapkan InaTEWS, melalui pemasangan sistem pendeteksi dini tsunami berbasis Buoy di Selatan Perairan Kabupaten Malang (Buoy MLG).
Buoy ini pun telah beroperasi secara optimal dan menjadi penanda bahwa negara ini kini siap menghadapi potensi risiko bencana tsunami.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa InaTEWS yang telah dimulai sejak 2020, kini mulai menunjukkan hasil.
Baca juga: BREAKING NEWS- Gempa 6,7 Goyang Sebagian Pulau Jawa, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Ini dapat terlihat dari beroperasinya salah satu Buoy dalam fungsinya memberikan peringatan dini tsunami.
Perlu diketahui, InaTEWS merupakan satu dari sederet program prioritas BPPT yang bertujuan untuk menghasilkan inovasi pada 8 bidang fokus teknologi, khususnya bidang teknologi kebencanaan.
"Alhamdulillah, Buoy yang menjadi bagian dari sistem InaTEWS ini telah berhasil mendeteksi kejadian gempa. Hal ini dikuatkan dengan konfirmasi dari Buoy bahwa sistem ini memverifikasi bahwa tidak terjadi tsunami," kata Hammam, dalam keterangan resminya, Selasa (13/4/2021).
Pernyataan tersebut ia sampaikan untuk menanggapi fenomena gempa yang terjadi di Malang pada pekan lalu.
Baca juga: Dikira Meninggal Saat Tsunami Aceh, Abrip Anumerta Asep Ditemukan di RSJ, Ini Perjalanan Kisahnya
Sebelumnya, telah terjadi gempa di Perairan Selatan Kabupaten Malang, pada 10 April 2021, pukul 14:00:15 WIB.
Berdasar pada informasi yang diumumkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut memiliki kekuatan 6,1 Skala Richter.
Beberapa menit setelah gempa itu terjadi, pada pukul 14:04:00 WIB Ina TOC menerima alert mode dari Buoy Malang.
Dari dua data peringatan yang diterima, mengindikasikan bahwa Buoy Malang telah mendeteksi adanya gempa yang ditunjukkan melalui perubahan tekanan air laut yang disebabkan oleh gempa tersebut.
Kendati demikian, data itu tidak melebihi ambang batas perubahan tekanan air laut yang biasanya digunakan untuk mengindikasikan adanya potensi tsunami.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami, sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh BMKG.
Sementara itu pusat gempa Malang ini berada sekitar 27 km dari lokasi penempatan Buoy MLG.
Hammam pun menjelaskan bahwa sejauh ini pihaknya telah menempatkan 3 Buoy, tidak hanya di Malang, namun juga Banten dan Selatan Bali sebagai langkah serius dalam upaya mitigasi bencana.
"Hingga saat ini, BPPT telah menempatkan 3 Buoy yaitu di Perairan Selatan Malang, Perairan Selatan Provinsi Banten dan Perairan Selatan Bali," jelas Hammam.
Sedangkan pada tahun ini, rencananya lembaga kaji terap itu akan menempatkan 11 unit Buoy yang diproduksi di PT PAL sebagai bagian dari penguatan ekosistem inovasi.
Seluruh Buoy ini akan dipasang di lokasi perairan Indonesia, meliputi Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau (GAK), Perairan Selatan Bali, Perairan Gunung Sitoli, Perairan Sebelah Selatan Cilacap, Perairan Bengkulu, Perairan Utara Papua dan Utara Sorong, Perairan Sangir Talaud, Maluku Utara, termasuk di Selatan Perairan Kabupaten Malang.
Alat deteksi tsunami Buoy ini pun nantinya akan dilengkapi pula dengan Kabel Bawah Laut atau Cable Based Tsunameter (CBT) yang ditempatkan di Labuan Bajo dan Rokatenda.
"Pada tahun 2021 ini, akan ditempatkan sebanyak 11 unit Buoy secara keseluruhan serta akan dilengkapi pula dengan 2 lokasi kabel bawah laut di Labuan Bajo dan Rokatenda. BPPT terus berburu inovasi untuk menerapkan teknologi dalam mitigasi bencana tsunami," papar Hammam.
Lokasi penempatan 11 Buoy ini merupakan bagian dari Program Pengembangan dan Penguatan Sistem Informasi Peringatan Dini Gempa dan Tsunami (InaTEWS) BPPT Tahun 2020-2024 sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2019.