TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam beberapa waktu terakhir Indonesia diguncang aksi teror yang pelakunya melibatkan perempuan dan anak.
Seperti yang terjadi Makassar dan Surabaya, pelaku teror turut serta membawa keluarga termasuk anaknya saat melancarkan aksi teror.
Direktur Identifikasi dan Sosialisasi Densus 88 Polri, Moh. Djafar Shodiq mengaku pihaknya saat ini turut menggandeng psikolog setiap melakukan penegakkan hukum.
Pasalnya tak jarang saat tim densus 88 melakukan penegakkan hukum disana ada keluarga, termasuk anak yang juga ada di lokasi penangkapan teroris.
"Inilah salah satu upaya kita, dalam hal ini aparat kepolisian dalam melakukan penegakkan hukum," kata Djafar di webinar terkait perlindungan anak korban jaringan terorisme, Jumat (16/4/2021).
Penegakkan hukum tanpa melibatkan anak merupakan salah satu problem dan tantangan yang dihadapi tim densus.
Seorang target yang sudah di profiling dan sudah harus dilakukan penegakkan hukum harus segera ditindak oleh tim dan terkadang mau tidak mau harus berhadapan dengan anak juga.
"Penangkapan salah satunya adalah melumpuhkan pelaku, tapi persoalannya pada saat dilakukan penangkapan di satu sisi ada anak. Tapi mau tidak mau harus kita lakukan," ujarnya.
Djafar menceritakan kasus penangkapan teroris di Makassar.
Ketika Densus 88 akan melakukan penegakkan hukum, tersangka di Makassar melakukan perlawanan dengan parang yang membabi buta dan mau tidak mau harus dilumpuhkan.
Sementara tim Densus 88 tau disamping kamarnya itu ada istri dan anak pelaku teror.
"Tapi kita langsung melakukan pendekatan kepada keluarga dan anak, semampu kita. Maka setiap melakukan penegakkan hukum, selain kita melibatkan ambulan, kita libatkan juga psikolog dan tim lainnya," ujarnya.
Di lain kasus, Djafar bercerita tim Densus 88 juga pernah melakukan penegakkan hukum dengan pendekatan yang lembut atau soft approach di Surabaya.
Baca juga: Polisi Tembak Mati Terduga Teroris di Makassar Karena Mengacungkan Pedang Secara Membabi Buta
Namun tersangka melakukan perlawanan, sehingga ada korban dari kepolisian dan anak dari pelaku teror itu melihat.