TRIBUNNEWS.COM - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, menjelaskan pemanfaatan energi baru terbarukan akan membuka peluang bagi Indonesia.
Terutama dalam hal menciptakan ketahanan energi dan kemandirian ekonomi.
Dilansir laman resmi esdm.go.id, Kementerian ESDM mengajak perguruan tinggi untuk melakukan inovasi dan riset pengembangan energi baru terbarukan di masa depan.
"Energi baru terbarukan merupakan bagian penting dari pengembangan sektor energi di Indonesia karena mampu menciptakan ketahanan dan kemandirian ekonomi kita," ungkap Dadan pada Indonesia-Korea Renewable Energy Investment Forum secara virtual di Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Baca juga: Berhasil Tingkatkan Recovery, ESDM Sebut Teknologi STAL Terobosan Strategis Olah Bijih Nikel
Baca juga: Komisi VII Minta Menteri ESDM Cabut izin Perusahaan Batubara yang Tak Penuhi Kewajiban DMO
Lebih lanjut, Dadan menggambarkan bagaimana energi baru terbarukan bisa menyelamatkan sektor energi di tengah rentannya produksi energi fosil.
Pasalnya, secara global pemerintah terus-menerus melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liqueified Petroleum Gas (LPG).
"Indonesia ini menyimpan banyak potensi energi baru terbarukan," ujar Dadan.
Energi baru terbarukan tersebut meliputi surya, angin, bioenergi, panas bumi, hingga air.
Baca juga: ESDM Target Permen Hilirisasi Batubara Rampung Paling Lambat Pertengahan Semester II 2021
Baca juga: Bertemu MenteriĀ ESDM, Bamsoet Dorong Pengembangan Energi Terbarukan untuk Kendaraan Listrik
Lakukan Kerja Sama Lintas Sektor
Pemerintah, sebut Dadan, sangat terbuka jika Korea Selatan tertarik berinvestasi di sektor hidro dan surya yang menjadi satu diantara prioritas mencapai target dalam lima tahun ke depan.
Indonesia sendiri akan mematok bauran energi baru terbarukan sebesar 28% di tahun 2030.
Angka ini mempertimbangkan juga kontribusi sektor energi dalam menguarangi emisi gas rumah kaca sesuai kesepakatan internasional.
Tahun 2020 lalu, sektor energi berhasil menurunkan emisi karbondioksida sebesar 64,4 juta ton atau 111 persen dari target sebesar 58 juta ton.
Baca juga: Menteri ESDM Apresiasi PLN Tanggap Tangani Kelistrikan Warga Terdampak Banjir
Baca juga: EBT Baru 11 Persen, Menteri ESDM: Indonesia Masih Bergantung pada Energi Fosil
"Target kami bisa menaikkan angka kontribusi menjadi 314 MTCO2e," ungkap Dadan.
Guna mendorong hal tersebut, satu diantara strategi pemerintah Indonesia adalah menggandeng pemerintah Korea Selatan dengan konsep kemitraan Business to Business (B2B).
"Kita sudah melihat progres kerja sama ini di bidang baterai dan kendaraan listrik," bangga Dadan.
"Tentu, kami tak menutup peluang apabila berminat investasi di bidang energi lainnya, seperti batubara, DME, transmisi distribusi, dan smart grid," jelas Dadan.
Baca juga: Menteri ESDM Yakinkan Perlunya Transisi Energi, Ini Alasannya
Baca juga: Kementerian ESDM Luncurkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum
Dadan pun mengungkapkan Indonesia akan bertekad untuk memenuhi tambahan kapasitas pembangit energi baru terbarukan yang akan terpasang sebesar 38 Mega Watt (MW) pada tahun 2035.
Strategi yang akan ditempuh untuk mengakselerasi tujuan tersebut, diantaranya mengganti energi final primer, mengonversi energi fosil, hingga pemanfaatan non-biofuel.
Strategi lain yang ditempuh oleh Kementerian ESDM adalah menyiapkan regulasi tarif energi baru terbarukan dan pengembangan EBT dari sisi teknologi.
"Sudah banyak kerja sama dengan perguruan tinggi yang dilakukan dalam pengembangan teknologi EBT," beber Dadan.
"Saya mengajak universitas-universitas kerja bareng di sektor energi baru terbarukan terutama efisiensi energi, silahkan saja kami sangat terbuka," pungkas Dadan.
(Tribunnews.com/Triyo)