Terkait tenggelamnya KRI Nanggala 402, Ali mengatakan pihaknya akan melakukan audit dan investigasi. Pihaknya akan turut melibatkan para pakar dan ahli kapal selam.
Baca juga: Presiden China Sampaikan Belasungkawa kepada Presiden Jokowi atas Musibah KRI Nanggala-402
"Kalau masalah di audit pastinya kita audit. Jadi kita akan investigasi semua. Tapi harus menghadirkan para pakar bukan para pengamat. Para ahli kapal selam dan ahli pembuat kapal selam," jelasnya.
Ali juga memastikan bahwa KRI Nanggala-402 tenggelam bukan karena kelebihan muatan. Ia membantah peryataan sejumlah pengamat yang menyebut bahwa kapal selam itu hanya berkapasitas 33 orang.
Menurut Ali, angka 33 awak dalam spesifikasi KRI Nanggala-402 yang termasuk tipe 209/1300 bukan batas maksimal daya angkut penumpang, melainkan jumlah tempat tidur yang bisa dipakai bergantian.
”Dibuat dari Jerman memang 33 tempat tidur. Sedangkan jenis kapal selam 209 ada berbagai jenis," ujar Ali. "Ada tiga shift dan berjaga [di KRI Nanggala], tempat tidurnya berbagi. [33] itu jumlah tempat tidur bukan kelebihan muatan," lanjutnya.
Dia pun menyebut orang yang menganggap kelebihan muatan sebagai penyebab KRI Nanggala-402 tenggelam sebagai orang yang tak berpengalaman.
"Pernyataan yang menyampaikan bahwa kapal selam ini kelebihan muatan itu sama sekali tidak berdasar dan mungkin belum berpengalaman," kata Ali, yang pernah bertugas di kapal selam, termasuk KRI Nanggala-402 saat berpangkat Letnan Dua hingga Letnan Kolonel.
Bahkan, katanya, kapal ini sejatinya bisa mengangkut lebih dari 50 personel. Misalnya, saat melakukan misi penyusupan, awak yang diangkut bisa bertambah satu regu atau yang terdiri dari 7 orang anggota, sehingga jumlah seluruhnya menjadi 57 orang.
Baca juga: Menko PMK Sebut Para Istri Awak KRI Nanggala-402 Perempuan Tangguh
"Sedangkan pada saat kejadian tragedi KRI Nanggala kemarin tenggelam hanya 53 orang dan selain itu pada saat kejadian hanya membawa 3 buah torpedo," kata dia.
Terlebih, lanjutnya, KRI Nanggala-402 didesain untuk mengangkut delapan torpedo dengan berat masing-masing 2 ton.
"Kita sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah ada masalah. Jadi kalau dinyatakan kelebihan muatan sangat tidak tepat dan sangat salah dan tidak berdasar," kata Ali.
KRI Nanggala-402 kata Ali, juga sudah mengalami overhaul pada 2011 dan tuntas pada 2012. Kapal selam itu juga sudah mengalami perbaikan serta pengecekan rutin setelah overhaul di tahun 2012 Ia menyebut, kapal buatan Jerman itu terakhir kali masuk galangan atau docking pada 2020. Sehingga, masih laik atau memenuhi syarat untuk beroperasi hingga September 2022.
”Kemudian melaksanakan perbaikan-perbaikan hardepo (perbaikan dan pemeliharaan menyeluruh,red), harmen (pemeliharaan tingkat menengah,red), sampai docking dua tahunan itu rutin dilaksanakan terus. Docking terakhir tahun 2020," ucapnya.
"Jadi, dari sisi kelaikan, kapal ini dinyatakan laik sampai September 2022. Masih laik," tambahnya.
TNI AL saat ini masih mendiskusikan cara mengangkat KRI Nanggala-402 dari dasar laut.