Tik Swan dikirim bersekolah di Neutrale Europesche Lagere School bersama warga kraton, anak-anak ningrat, anak-anak pemuka masyarakat, dan anak-anak pembesar Belanda.
Hal ini disebabkan karena kedua orangtuanya adalah keturunan pemuka masyarakat Tionghoa pada saat itu.
Ayahnya adalah cucu dari Lieutenant der Chinezen di Boyolali.
Sementara itu, ibunya cucu Lieutenant der Chinezen dari Surakarta.
Tidak jauh dari rumah kakeknya, tinggallah Pangeran Hamidjojo, putra Paku Buwana X, seorang indolog lulusan Universitas Leiden dan juga penari Jawa klasik.
Di rumah sang pangeran selalu diadakan latihan tari yang sejak awal sudah mempesona Tik Swan.
Sementara itu Pangeran Prabuwinoto membangkitkan minat Go Tik Swan pada karawitan Jawa.
Go Tik Swan pun berhasil menarik perhatian Presiden Soekarno.
Ketika belajar di Jakarta, Tik Swan sering berkunjung ke rumah Prof. Poerbatjaraka.
Di sana, Tik Swan berlatih menari Jawa dalam perayaan Dies Natalis Universitas Indonesia.
Ia bersama rombongannya diundang menari di istana.
Tariannya sempat membuat Presiden Soekarno sangat terkesan karena Tik Swan memang menari dengan sangat bagus, sementara boleh dikatakan tidak ada keturunan Tionghoa yang tertarik untuk menari Jawa.
Tik Swan pun saat itu sudah menggunakan nama Hardjono.
Pelopor Batik Indonesia