Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 dihentikan sementara penggunaan dan distribusinya.
Sedangkan untuk 39 batch lainnya masih tetap didistribusikan dan digunakan.
Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD, menjelaskan vaksin AstraZeneca secara umum merupakan vaksin yang aman dan efektif.
Vaksin AstraZeneca bersama Sinovac dan Shinoparm sebelumnya sudah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
"EUA ini merupakan kajian akademis yang bisa dipertanggungjawabkan. Vaksin apapun yang telah mendapatkan EUA dari Badan POM bisa dipastikan keamanan dan efektivitasnya,” tegas dr. Dirga di Jakarta, Jumat (21/5/2021).
Baca juga: Pemerintah Jepang Setujui Penggunaan Vaksin Moderna dan AstraZeneca
Untuk diketahui vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang paling banyak digunakan di dunia.
"Penggunaan vaksin AstraZeneca yang sudah disuntikan hingga saat ini mencapai puluhan juta dosis,” ungkap dr. Dirga.
Dirga menekankan, vaksin yang sudah diberikan izin penggunaan secara luas, masih terus diawasi penggunaanya.
Proses ini merupakan proses berkelanjutan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian agar vaksin yang digunakan senantiasa aman di masyarakat.
“Tentu proses evaluasi dan monitoring setelah mendapatkan EUA ini terus berjalan. Para ahli, Badan POM, dan Kementerian Kesehatan terus mengawal peredaran dan penggunaan vaksin ini di masyarakat,” terang dr. Dirga.
Baca juga: Kemenkes: 39 Batch Vaksin AstraZeneca Aman, Masyarakat Diminta Jangan Ragu
Terkait dengan beberapa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang masih diduga ada hubungannya dengan vaksin Astrazeneca, dr. Dirga menegaskan reaksi pasca vaksinasi adalah hal yang wajar.
“Ini menunjukkan bahwa vaksin bekerja karena vaksin memiliki zat antigen sehingga perlu proses pengenalan pada tubuh untuk membentuk antibodi. Secara keseluruhan, KIPI pada AstraZeneca masih bersifat ringan dan bisa ditangani,” ujarnya.
Sementara, beberapa kasus pembekuan darah abnormal yang disebut thrombosis yang dihubungkan dengan vaksin AstraZeneca, kejadiannya amat sangat kecil yakni hanya 10 kasus dari 1 juta orang yang menerima vaksin AstraZeneca.
Kondisi inipun masih bisa ditangani secara medis. Para ahli saat ini terus mempelajari karakteristik kondisi thrombosis ini, namun dibandingkan dengan thrombosis akibat terinfeksi COVID-19, kejadian yang diakibatkan AstraZeneca sangat kecil. Kesimpulannya, vaksin AstraZeneca aman dan manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya,” paparnya.
Banyak negara di Eropa dan Asia yang sudah menggunakan AstraZeneca dan bisa dilihat bahwa laporannya berhasil menekan kasus baru.
Salah satu laporan menunjukkan bahwa setelah dosis pertama efektivitasnya sebesar 65% mampu mencegah penularan dan efektivitasnya untuk mencegah COVID-19 yang bergejala hingga 72%.