News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Hasil Studi Klinis Fase 3, Efikasi Vaksin Sinopharm 78,02 Persen

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (15/4/2021) yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat dunia belakangan menyoroti fenomena lonjakan kasus positif Covid-19 di Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia.

Lonjakan kasus ini terjadi justru setelah sedikitnya 60 persen penduduk Seychelles rampung menjalani vaksinasi dosis lengkap dengan Sinopharm.

Kondisi ini membuat keampuhan vaksin Sinopharm dalam mencegah penularan Covid-19 dipertanyakan.

Padahal, vaksin produksi pabrikan farmasi asal China itu juga dipesan oleh Pemerintah Indonesia untuk program vaksinasi rotong royong.

Melalui skema tersebut, perusahaan mengadakan vaksin Covid-19 secara mandiri bagi karyawannya.

Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, vaksin Sinopharm telah mendapatkan persetujuan Emergency Use of Authorization (EUA) di lebih dari 27 negara.

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan EUA sejak April 2021. Vaksin ini juga telah mendapatkan Emergency Use of Listing (EUL) dari WHO pada 7 Mei 2021.

Wiku mengatakan, vaksin Sinopharm memiliki tingkat efikasi yang tinggi. Ia menyebut vaksin itu memiliki efikasi 78,02 persen.

Angka itu didapat berdasarkan studi klinis fase 3.

"Studi klinis fase 3 pada lebih dari 42 ribu subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen," kata Wiku dalam siaran pers, Sabtu (29/5/2021).

Dalam uji klinis tersebut, menurut Wiku, hasil pengukuran imunogenesitas penggunaan vaksin menunjukkan pembentukan antibodi tergolong tinggi pada orang lansia dan dewasa.

Uji coba tersebut dilakukan di beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Namun, penelitian tersebut tidak melibatkan wanita hamil dan orang yang masih berusia di bawah 18 tahun.

Di Indonesia sendiri, Wiku menambahkan, perlu studi lanjutan untuk melihat efektivitas dan kemampuan vaksin dalam mengurangi risiko penularan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini