TRIBUNNEWS.COM - Beberapa pekan ini, kasus kurir diancam pembeli saat mengantarkan barang pesanan online secara Cash on Delivery (COD) marak terjadi.
Dari beberapa kasus yang terjadi, kasus itu berawal saat barang yang diterima pembeli tak sesuai pesanan.
Melihat hal ini, Koordinator Pengaduan dan Hukum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sularsi menyebut adanya minim literasi pada pembeli sebagai konsumen.
Ia menilai banyak pembeli tak paham betul prosedur pembayaran COD dalam sistem belanja online.
Baca juga: Menparekraf Ajak Masyarakat Kembali Belanja di Toko Kelontong Bantu Sektor UMKM
Dari data yang diterima YLKI selama 4 tahun terakhir, banyak pembeli yang ingin mengajukan komplain saat tersandung masalah, tapi tak tahu caranya.
"Saya melihat adanya minimnya literasi yang ada di masyarakat, bagaimana sistem belanja online yang seharusnya terjadi, bagaimana mekanisme suatu komplain."
"Aturannya memang ada, tapi kembali lagi konsumen ini kadang tidak mau membaca," ucap Sularsi, pada program Kacamata Hukum Tribunnews, Senin (31/5/2021).
Dikatakannya, literasi konsumen yang kecil menjadi tugas semua pihak terkait, termasuk platform e-commerce.
Baca juga: Viral Kurir Dimaki Pembeli saat Antar Barang Pesanan COD, YLKI: Tindakan yang Tak Bisa Dibenarkan
"Terutama pada e-commerce di sini untuk memberika suatu edukasi kepada konsumen," jelasnya.
Pada beberapa kasus yang terjadi, saat mengantarkan barang, sejumlah kurir bahkan sempat menjelaskan secara singkat soal mekanisme pembayaran COD.
Menurut Sularsi, tindakan kurir tersebut sangat lah baik.
Mengingat sebetulnya sang kurir hanya bertugas mengantarkan barang pesanan.
"Apa yang saya lihat kurir menjelaskan, ini sangat baik. Hubungan hukum sebenarnya antara konsumen dengan marketplace, bukan si kurir."
Baca juga: Polisi Juga Akan Selidiki Dugaan Penipuan Belanja Online yang Dialami Pelaku Pengancam Kurir
"Kurir hanya pihak ketiga yang membantu untuk mengantarkan perjanjian jual beli antara si konsumen dengan penjual," kata Sularsi.