Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR RI bidang Pendidikan Dede Yusuf menyambut baik rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) yang akan menerapkan kembali proses belajar tatap muka secara terbatas Juli mendatang.
Dede mengatakan, dengan diterapkannya kembali proses belajar tatap muka tersebut maka akan membantu setidaknya peran orang tua para siswa di rumah.
Sebab saat ini kata Dede hampir sebagian besar orang tua sudah kembali efektif bekerja datang ke kantor.
"Orang tua ini sekarang sudah stres, yang menjadi guru (di rumah) itu kebanyakan orang tua, dan banyak dari orang tua sudah waktunya mulai bekerja sementara mereka masih harus mengajar tetap anaknya," kata Dede dalam diskusi Polemik Trijaya Tatap Muka Demi Siswa, Sabtu (5/6/2021).
Lebih lanjut kata Dede penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang selama ini diterapkan guna memutus rantai penularan virus Covid-19 dinilai sudah mulai menciptakan sengkarut.
Pria yang karib disapa Kang Dede itu menyebut kalau, kini banyak orang tua yang sudah mulai enggan membayar uang bulanan sekolah.
Baca juga: Belajar Online Tetap Jadi Alternatif Pendidikan Masa Depan
Sebab alasannya, sudah sejak lama para anak belajar tidak datang langsung ke sekolahnya.
"Orang tua tidak mau membayar sekolahnya karena merasa anaknya itu tidak bersekolah. Pokoknya ini kami menyampaikan kami mendukung (penerapan sekolah tatap muka kembali)," tutur Kang Dede.
Lanjut kata aktor kenamaan Tanah Air era 2000an itu, yang menjadi pertimbangannya yakni beberapa pusat perbelanjaan sudah kembali dibuka, hingga objek wisata juga sudah mulai dibuka.
Oleh karenanya kata dia belajar di sekolah dengan proses tatap muka juga harus dibuka kembali.
Kendati begitu, dirinya memberikan catatan untuk tetap senantiasa memperhatikan protokol kesehatan serta kesiapan di suatu daerah untuk menerapkan kembali pembelajaran tatap muka tersebut.
Baca juga: Imbas PJJ, Peserta Didik Butuh 9 Tahun Kejar Ketertinggalan
"Misalnya, kapasitas siswanya 50 persen, tidak boleh lebih dari 3 jam, terus kemudian syukur-syukur seperti di Jawa Tengah saya denger disiapkan bis sekolah untuk antar jemput, nah ini kita harus berkreasi",
"Pokoknya kami dukung, karena mall juga dibuka, tempat pariwisata dibuka, sekolah tetap harus dibuka dengan catatan-catatan penting itu tadi," tukasnya.