Presiden yang selama 32 tahun menjabat Indonesia ini dimakamkan di Astana Giribangun yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Soeharto merupakan putra dari Kertosudiro, seorang petani sekaligus asisten lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.
Semasa kanak-kanak, Soeharto mulai mengenyam pendidikan saat berusia 8 tahun. Awalnya, ia disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Kemudian, ia pindah ke SD Pedes, karena sang ibu dan suaminya, Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul.
Namun, Kertosudiro memindahkan Soeharto ke sekolah di Wuryantoro. Soeharto saat itu dititipkan di rumah adik perempuan Kertosudiro.
Beranjak dewasa, Soeharto sempat terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Ia juga resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, anak Wedana pegawai Pura Mangkunegaran, Surakarta.
Pernikahan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo. Saat itu Soeharto berusia 26 tahun dan Hartinah berusia 24 tahun.
Setelah menikah, pasangan ini dikaruniai enam anak, yakni: Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih.
Pada 21 Mei 1998 Soeharto lengser setelah 32 tahun menjabat presiden setelah mendapatkan desakan dari ribuan mahasiswa yang memadati gedung DPR/MPR. Di kemiliteran, Soeharto memulai karirnya dari pangkat sersan tentara KNIL.
Kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel. Pada tahun 1949, Soeharto menjadi bagian yang berhasil merebut kembali Kota Yogyakarta dari Belanda.
Ia juga pernah menjadi pengawal Panglima Besar Soedirman. Selain itu, Soeharto juga pernah menjadi Panglima Mandala saat peristiwa Pembebasan Irian Barat.
Pada 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat saat meletusnya kejadian G-30S/PKI. Selain dikukuhkan sebagai Panglima Angkatan Darat (Pangad), ia ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.
Pada Maret 1966, Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Dalam surat itu, Soeharto diberi mandat untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban di dalam negeri setelah peristiwa G30S/PKI pada 1 Oktober 1965. Namun hingga kini, Supersemar masih menjadi kontroversi.
Sebab, naskah aslinya tak pernah ditemukan. Dalam pidato yang disampaikan pada peringatan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1966, Presiden Soekarno menyebut mengenai Supersemar, yang juga jadi bukti keberadaannya.
Namun, Soekarno membantah telah memberikan surat kuasa untuk memberikan kekuasaan kepada Soeharto.
"Dikiranya SP 11 Maret itu suatu transfer of authority, padahal tidak," kata Soekarno dalam pidato berjudul Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau dikenal dengan sebutan "Jasmerah". (tribun network/rizki/kompas.com)