Jerry menyampaikan beberapa contoh pernyataan Jokowi yang menurutnya tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan.
Dia mengutip pernyataan ICW beberapa waktu lalu yang menyebut pernyataan Jokowi soal hukuman mati koruptor berkebalikan dengan grasi yang diberikannya bagi para koruptor.
Jerry juga mengutip pernyataan Jokowi pada Maret 2021 yang menggaungkan benci terhadap produk asing. Realitanya, menurut Jerry, seruan Jokowi tersebut bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang berencana mengimpor beras, begitu pula impor garam.
Disebutkan Jerry dalam pernyataan tertulis, kuota impor garam di tahun 2021 sebanyak 3 juta ton, lebih tinggi dari kuota impor garam pada 2020 yang sebanyak 2,9 juta ton. Begitu pula impor bawang putih 76.568 ton bawang putih impor masuk Indonesia.
"Belum lagi jika kita ambil contoh impor jutaan vaksin yang digunakan mulai dari Sinovac sampai Astrazeneca itu produk Cina dan Inggris."
Jerry kemudian menyinggung pernyataan Jokowi beberapa waktu lalu mengenai dua putranya, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep yang disebut tak suka berpolitik, melainkan hanya dunia usaha.
Namun seiring berjalannya waktu, Jokowi melihat hasil survei yang menyebut putra pertamanya, Gibran Rakabuming Raka, berada teratas sebagai calon wali kota Solo (kini menjadi wali kota).
"Baginya, apapun yang dikehendaki oleh anak-anaknya, ia dukung. Ini juga bertolak belakang dengan pernyataan beliau. Jokowi menyebut anaknya tak tertarik politik, tapi penyataan itu tak dapat dipegang akhirnya direstui juga," tandasnya.
Ujian bagi demokrasi
Sementara, Pengamat Politik dari Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai apa yang dialami para aktivis mahasiswa termasuk pemanggilan oleh pihak Rektorat UI sebagai ujian demokrasi.
"Padahal Rektorat UI seharusnya melihat ini sebagai ujian demokrasi. Kritikan kepada Presiden selama masih substantif harus didukung," ucap Herry.
Menurut Herry, UI idealnya menjadi lembaga pendidikan yang justru benar-benar menunjukan independensi terhadap hal-hal politis.
"Alangkah baiknya ketika mahasiswanya mengomentari Presiden itu tidak terkesan tendensius karena justru respons Rektorat UI yang berlebihan terhadap mahasiswanya akan mengundang indikasi terhadap intervensi politis," ungkapnya.
Belum lagi Herry menyebutkan bahwa tindakan Rektorat UI akan membuat preseden buruk terhadap indeks demokrasi di Indonesia.