TRIBUNNEWS.COM - Politisi Partai Demokrat, Marwan Cik Asan, membela Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang mengkritik pemerintah soal penanganan Covid-19.
Marwan menilai, Ibas bukan hanya semata-mata mengkritik kinerja pemerintah dalam menangani Covid-19.
Melainkan juga terjun langsung membantu pemerintah dalam meringankan beban masyarakat yang kesusahan karena Covid-19.
Terkait langkah nyata apa yang telah dilakukan Ibas, Marwan mempersilakan khalayak umum untuk melihat rekam jejak digital pimpinan dan partainya.
"Soal apa yang diperbuat, silakan dilacak. Mudah kok, menemukan jejak digital apa yang dilakukan Demokrat baik DPP maupun FPD, bahkan (tindakan langsung) Mas Ibas pribadi," terang Sekretaris Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR ini, Jumat (9/7/2021), dikutip dari Tribunnews.com.
Marwan menyatakan, partainya telah mendistribusikan bantuan sembako, penyemprotan disinfektan, pembagian alat kesehatan, dan APD untuk tenaga kesehatan.
Baca juga: Isi Lengkap Kritik Ibas pada Pemerintah soal Covid-19, Khawatir Indonesia Disebut Failed Nation
Baca juga: Pernyataan Failed Nation Ibas Harus Jadi Masukan untuk Pemerintah Perbaiki Penanganan Covid-19
Selain itu, partainya juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Tak tanggung-tanggung, Marwan mengatakan nilai total bantuan yang sudah disalurkan bahkan mencapai Rp191 miliar lebih.
Meski demikian, pihaknya tak mau berhitung dari amal yang telah diberikan.
Hanya saja, Marwan ingin sekadar memberitahukan bahwa partainya memang benar-benar mengupayakan untuk membantu pemerintah dalam menangani lonjakan kasus Covid-19 ini.
Ia mengatakan, sejak awal Maret 2020, Partai Demokrat sudah menggulirkan Gerakan Nasional Demokrat Lawan Corona yang dijalankan seluruh kader secara secara intensif, masif, dan terkoordinasi.
Termasuk para kader Demokrat DPR yang dipimpin Ibas.
"Sejak itu pula Mas Ibas menginstruksikan kepada seluruh anggota FPD untuk turut menghidupkan gerakan melawan Covid-19 secara ikhlas, " ujar Marwan.
Baca juga: Respons Demokrat Saat Absensi Ibas Disinggung Gara-gara Failed Nation
Dalam kesempatan yang sama, Marwan juga mengingatkan, baik jajaran pemerintah maupun publik, untuk tidak membuat narasi yang sifatnya hanya menunjukkan anti kritik.
"Tapi sudahlah, masak iya sih kita mau hitung-hitung amal. Kan malu. Ini sih cuma ngasih tahu, kalau mau nanggapi kritik itu yang adil, yang fair."
"Jangan bikin narasi yang hanya menunjukkan seolah-olah Anda antri kritik, atau gak rela pemerintah dikritik," kata Marwan.
Marwan juga mengingatkan, walaupun berseberangan, jangan sampai kehilangan sikap adil.
"Jangan karena berseberangan, atau tidak suka, lalu kehilangan sikap fair, sikap adil. Mengapa?"
"Karena di bawah Mas Ibas, fraksi kami sejak awal sudah terjun langsung membantu rakyat yang kesusahan."
"Kami berpartisipasi, membantu pemerintah dengan cara kami, bukan hanya mengkritik," kata Marwan.
Diterangkan Marwan, kritikan yang dilontarkan Ibas ke publik tentang penanganan pemerintah adalah hal yang wajar.
Mengingat situasi yang terjadi saat ini, menurut Marwan, kenyataannya sedang darurat.
Bahkan, pemerintah terlihat kewalahan menangani efek yang ditimbulkan selama pandemi ini.
"Situasinya memang nyata-nyata darurat, sementara pemerintah tampak kewalahan. Makanya Mas Ibas mengingatkan."
Baca juga: Ibas Tetap Tak Hadiri Rapat Komisi VI DPR dengan Menteri BUMN Usai Disindir Andre Rosiade
"Kami kritik pake argumentasi dan data, Anda jawab asbun (asal bunyi), ya repot," ucap Marwan.
Dikatakan Marwan, Ibas memang mengkritik bahwa pemerintah terlihat ‘tidak berdaya’ menangani pandemi Covid-19, bahkan hingga sudah memasuki tahun kedua.
Salah satu indikasinya, tabung oksigen sulit didapat.
Oleh karena itu, dengan maksud mengingatkan pemerintah, Ibas mengatakan jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation, yakni bangsa yang gagal dalam ketidakmampuan menyelamatkan rakyatnya.
Ibas Hanya Ingatkan Pemerintah, Jangan Sampai Indonesia Disebut Failed Nation
Dikutip dari Tribunnews.com, kritikan Ibas ramai disorot baik politisi pemerintah, media, maupun masyarakat umum.
Ibas mengatakan Covid-19 di Indonesia semakin ‘mengganas’.
Keluarga, sahabat, dan orang-orang di lingkungan sekitar banyak yang terpapar, bahkan meninggal dunia.
Baca juga: Ibas: RAPBN 2022 Harus Menyentuh Semua Lapisan Masyarakat
Terkait hal ini, Ibas khawatir jika Indonesia disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
‘"Begini ya, Covid-19 makin ‘mengganas’. Keluarga kita, sahabat kita dan orang-orang di lingkungan kita banyak yang terpapar bahkan meninggal dunia."
"Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya,’’ kata Ibas, Kamis (8/7/2021).
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat tidak berdaya menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua.
Dia mencontohkan, dalam negeri kekurangan tabung oksigen, sementara menurut Ibas, pemerintah sebelumnya malah meyumbangkan barang tersebut ke negara lain.
‘’Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat,” ujar Ibas.
Ia menilai pemerintah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab munculnya varian baru.
Padahal, menurutnya gejala-gejala virus sebelumnya sudah jelas terlihat.
Baca juga: Soal Pernyataan Failed Nation, Demokrat: Kritik Pemerintah Itu Wajar-wajar Saja
‘’Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. lalu muncul kasus-kasus baru, kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya."
"Itu semua gejala-gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi,’’ tutur Ibas.
Selain itu, Ibas juga meminta pemerintah tegas mengambil keputusan soal vaksin.
Ia menyarankan agar pemerintah menyediakan vaksin yang lebih baik, jika vaksin sebelumnya dinilai kurang manjur.
Ibas juga mengatakan pentingnya percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim.
Menurutnya, hal itu harus menjadi prioritas agar Indonesia dapat hidup normal kembali seperti negara lain.
“Banyak yang sudah divaksin tetap terpapar varian baru virus ini. Jika vaksin yang sebelumnya digunakan dianggap kurang bagus, pemerintah tak perlu ragu menghadirkan vaksin yang ‘cespleng’ demi melindungi rakyat."
"Kemudian lakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim. Sehingga kita bisa hidup normal lagi seperti negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, misalnya,’’ pungkas Ibas.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Chaerul Umam)