News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

2.313 Pasien Meninggal Saat Isoman, PAN: Tunjukkan Beberapa Kelemahan Penanganan Covid di Indonesia

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MENINGGAL - Unit Inafis Sat Reskrim Polresta Samarinda melakukan identifikasi ditubuh Choirul Huda (43) warga Gresik Jawa Timur yang ditemukan tergeletak tak bernyawa, di pelataran salah satu hotel di Samarinda, Rabu (21/7/2021). Polisi membeberkan, pria yang meninggal ini sedang menjalani isolasi mandiri

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengatakan temuan tim LaporCovid-19 yang mencatat bahwa terdapat 2.313 pasien isoman Covid yang meninggal dunia di luar rumah sakit perlu menjadi perhatian semua pihak.

Pasalnya, temuan ini menunjukkan berbagai kelemahan dalam penanganan orang yang terpapar. Apalagi, data yang disampaikan tersebut bisa saja berbeda dengan data yang dimiliki pemerintah.

Saleh mengatakan dari temuan tersebut setidaknya menunjukkan beberapa titik lemah penanganan Covid-19 di Indonesia.

Pertama, rumah-rumah sakit dan fasilitas kesehatan tidak mampu menampung semua yang terpapar. Terbukti, banyaknya yang dirawat di luar rumah sakit.

Baca juga: Wagub DKI Jakarta: Pandemi Covid-19 Belum Jelas Kapan Berakhir, Pilihannya Cuma Disiplin Prokes

"Yang meninggal saja kan jumlahnya mencapai 2.313. Pasti jumlah yang isoman berkali-kali lipat dari jumlah itu. Kebanyakan dari mereka itu memilih isoman karena tidak tertampung di rumah-rumah sakit dan faskes-faskes yang ada," ujar Saleh, ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (23/7/2021).

Kedua, Saleh mengatakan fenomena ini juga menunjukkan keterbatasan tenaga medis yang tersedia. Buktinya, LaporCovid-19 menjelaskan bahwa mereka yang isoman tersebut tidak pernah didatangi atau dihubungi pihak tenaga medis.

Menurut anggota Komisi IX DPR RI tersebut, hal ini bisa jadi karena tenaga medis yang ada terkonsentrasi di rumah-rumah sakit dan faskes-faskes.

Baca juga: KPK Tambah Masa Penahanan Eks Dirut Perumda Sarana Jaya Yoory Corneles

"Kita sangat sedih melihat fakta ini. Sebab, mereka yang mendapat perhatian dan pengobatan serius pun banyak yang tidak bisa tertolong. Apalagi yang tidak diperhatikan dan tidak menerima pengobatan yang memadai," ungkapnya.

Ketiga, data yang disampaikan ini menunjukkan adanya kelemahan dari sisi pendataan. Artinya, petugas yang semestinya mendata tidak mampu menjangkau semua yang terpapar.

Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI itu pun menilai hal tersebut tentu sangat menyulitkan dalam memetakan zonasi tingkat keterpaparan suatu daerah tertentu.

"Pemetaan itu sangat penting. Dari situ bisa dirumuskan kebijakan terbaik yang mesti diambil dalam skala daerah tertentu. Tanpa pemetaan, tidak jelas arah penanganan yang dilakukan," kata dia.

Baca juga: KPK Jebloskan Eks Pejabat Kemenkes Bambang Giatno Rahardjo ke LP Surabaya

Terkait laporan ini, Saleh mendesak pemerintah untuk memberikan tanggapan dan respon. Termasuk langkah-langkah yang akan diambil dalam menyikapi hal tersebut.

Jika memungkinkan, lanjutnya, perlu dilakukan sinkronisasi data antara yang dimiliki pemerintah dan yang dirilis LaporCovid-19.

"Kita apresiasi apa yang telah dilakukan LaporCovid-19. Semoga saja, apa yang disampaikan tersebut bisa ditindaklanjuti pemerintah. Targetnya, seluruh anggota masyarakat bisa memiliki akses penuh terhadap pelayanan kesehatan," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini