Secara khusus, Prof Huzaemah juga menyoroti peran perempuan di sektor publik yang harus dilakukan secara seimbang dengan tidak meninggalkan peran domestiknya.
Menurut Huzaemah, Islam memberi ruang pada perempuan untuk ikut berkontribusi dalam menyejahterakan keluarga.
Peran publik ini, dalam pandangannya, dapat dilakukan oleh perempuan selama dia bekerja sesuai kodrat keperempuanannya, tidak meninggalkan pekerjaan domestik, dan tetap memegang aturan agama.
Karena pandangannya tersebut, Huzaemah disebut berdiri di atas dua kaki. Ia seorang perempuan modernis yang memegang nilai-nilai modern dan di saat yang sama adalah tradisionalis.
Berbagai penghargaan dia terima semasa hidupnya. Di antaranya Penghargaan “Kepemimpinan dan Manajemen Peningkatan Peranan Wanita” dari Menteri Negara Peranan Wanita RI (1999).
Penghargaan Eramuslim Global Media atas kepedulian terhadap ilmu Syariah sebagai pakar fikih perempuan (2007), Satya Lencana Wira Karya dari Presiden RI atas jasa sebagai anggota Tim Penyempurnaan Tafsir al-Qur’an Departemen Agama RI (2007), Penghargaan Women Award atas dedikasi, inovasi dan prestasinya dalam mewujudkan hak-hak perempuan dan anak dari rektor UIN Jakarta (2015), dan Lencana Karya Satya 30 Tahun (2016).
"Selamat jalan Ibu dalam damai dan ridha-Nya. Prestasi, dedikasi dan keteladanmu akan menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia. Insyallah husnul khotimah dan menjadi ahli surga," kata Gus Jazil.