Menurut Sri bahkan nantinya tidak ada satu negara yang bisa terbebas dari ancaman perubahan iklim.
"Sama seperti pandemi. Negara yang paling tidak siap dari sisi sistem kesehatannya, dari sisi kemampuan fiskalnya, dari sisi disiplinnya, dan dari kemampuan untuk mendapatkan vaksin dan melakukan vaksinasi, mereka mungkin akan terkena paling berat dampaknya," kata dia.
Meski begitu lanjutnya, Indonesia meski sebagai negara berkembang, tidak begitu saja mudah didikte soal ini.
"Langkah-langkah kita bersama untuk bisa menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak didikte. Tetapi, ikut membentuk, ikut mempengaruhi, bahkan ikut di dalam menentukan apa yang seharusnya dilakukan oleh semua negara di dunia di dalam rangka menghadapi perubahan iklim," ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia yang juga sebagai negara berpendapatan menengah bawah merepresentasikan berbeda dari negara relatif maju. "Tentu climate change foodprint-nya berbeda," katanya.
Namun, kata dia hal ini tidak berarti bahwa Indonesia tidak bisa menentukan. Indonesia dinilainya bisa turut membentuk, bahkan ikut di dalam menyumbangkan berbagai pembahasan di level global, regional, dan di dalam negeri terkait perubahan iklim.
"Bagaimana kita maju ke depan di dalam menghadapi perubahan iklim," pungkas Sri Mulyani.(Tribun Network/van/wly)