TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah politisi gencar memasang wajah mereka di baliho.
Tak hanya sekadar politis, mereka juga para pemangku jabatan di pemerintahan.
Seperti Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, yang juga Menko Perekonomian.
Kemudian, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, selaku Wakil Ketua DPR RI.
Meskipun masih sekitar 3 tahun lagi, baliho-baliho wajah mereka disinyalir sebagai taktik menuju Pilpres 2024 mendatang.
Baca juga: Perang Baliho di Tengah Pandemi, Babe Haikal: Lebih Manfaat Belikan Vitamin untuk Pasien Covid-19
Lantas, apakah efektif memasang baliho untuk meningkatkan elektabilitas Pilpres?
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesua Hanta Yudha, mengatakan efektivitas baliho ini bisa dilihat dari berbagai prespektif.
"Ada 3 jawaban sekaligus. Tergantung perspektif."
"Bisa tidak atau kurang efektif, cukup efektif, dan sangat efektif," kata Hanta dikutip dari tayangan Kompas TV, Rabu (11/8/2021).
Pemasangan baliho ini bisa dinilai kurang efektif, karena tak akan mempengaruhi elektabilitas politikus di ajang pemilihan.
Baca juga: Penerapan Kembali Ganjil Genap Dinilai Berpotensi Tingkatkan Penularan Covid-19
Menurutnya, tujuan akhir dari seorang politisi adalah elektabilitasnya.
Elektabiltas seseorang, kata Hanta, bisa diukur dengan survei, bukan pemasangan baliho.
"Baliho ini secara komunikasi konvensional, ini hanya ekfektif ke tingkat popularitas level untuk mengenalkan,"
"Secara elektabilitas, itu bisa duji dengan data atau realita fakta," jelas Hanta.
Selain itu, pemasangan baliho ini juga tidak efektif, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 ini.
Baca juga: Kapitra Ampera Nilai Polemik Baliho Puan Dibesar-besarkan, Singgung Peran UMKM yang Dihidupkan
Para politisi malah justru akan mendapat olok-olokan dari masyarakat,
"Masih mending baliho itu isunya atau kalimat muncul lebih isu poandemi, contoh bagaiman menegakkan 5M dan 3T."
"Secara lugas menyebut 2024 di situasi ini sangat kontra produktif," kata Hanta.
Baca juga: Alasan di Balik Pemasangan Baliho Airlangga Hartarto, Golkar: Sudah Program Jauh-jauh Hari
Sementara itu, baliho politisi yang terpasang mungkin saja dinilai efektif apabila tujuannya untuk menolak isu 3 periode presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sehingga, hal itu akan menghambat isu presiden 3 periode untuk meruak di tengah publik.
"Komunikasi elit, kaalu pesan itu disampaikan ke pak Jokowi untuk melawan isu 3 periode."
"Itu pesan yang kuat, paling tidak merusak responansi orang-orang yang mengeluarkan isu 3 periode," imbuh dia.
Lanjut Hanta, pemasangan baliho ini juga efektif, apabila tujuannya untuk memberi kepastian soal calon yang akan di usung pada Pilpres.
"Di PDIP, ada kompetitor misalnya, PDIP mengirim pesan akan mengusung mbak Puan."
"Itu akan mengunci manuver Ganjar Prabowo dalam internal," tutur Hanta.
Selain itu, sisi positifnya, pemasagan baliho ini bisa disebut sangat efektif dari sisi ekonomi.
Pasalnya, para UMKM pembuat baliho akan terbantu ekonominya karena adanya pesanan baliho dari sejumlah politikus.
"Sangat efektif untuk membantu rekan-rekan kita di usaha baliho, bilboard di situasi pandemi saat ini," tandasnya.
(Tribunnews.com/Shella Latifa)