Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI Fraksi Gerindra yang berasal dari Sumatera Barat (Sumbar) Fadli Zon, menanggapi pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang menyebut Sumbar kini berbeda.
Fadli menegaskan bahwa falsafah yang ada di Sumatera Barat, yakni "Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah" tetap dipegang teguh warga Minang.
"Urang Minang (Sumatera Barat) dengan adat istiadatnya adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tak pernah berubah," kata Fadli dalam akun Twitter-nya, seperti dikutip Tribunnews, Jumat (13/8/2021).
Justru, kata Fadli, beberapa tokoh yang berada di pemerintahan tak paham dengan budaya dan sejarah Minang.
"Yang sudah beda justru sikap beberapa tokoh pemerintah pusat terhadap Sumbar karena kurang paham sejarah dan budaya Minang yang demokratis dan antifeodalisme," ujar Fadli.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengungkapkan jika kini Sumatera Barat (Sumbar) telah berbeda dari yang ia kenal.
Bahkan, Megawati pernah mempertanyakan kegelisahannya ini kepada tokoh Muhammadiyah kelahiran Sumbar, Ahmad Syafii Maarif.
Diketahui, Megawati bersama Ahmad Syafii Maarif sama-sama berada di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Hal itu disampaikan Megawati dalam acara webinar peringatan HUT Mohammad Hatta ke-119, yang digelar oleh Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDIP, secara virtual melalui kanal YouTube bknp pdiperjuangan, Kamis (12/8/2021).
Baca juga: Megawati Ungkap Sumatera Barat yang Dulu Dikenalnya Sekarang Mulai Berbeda
"Di BPIP saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, itu ada Buya Syafii, saya suka bertanya sama beliau, mengapa Sumatera Barat yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda?" kata Megawati.
Presiden ke-5 RI ini mengungkapkan hal itu karena pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, Sumbar melahirkan banyak tokoh nasional.
Namun, saat ini kata Megawati, tokoh-tokoh Sumatera Barat tidak sepopuler dulu.
"Padahal Sumatera Barat ketika sebelum kemerdekaan sampai setelah merdeka sampai selesai juga Bung Karno itu kan tokoh-tokohnya luar biasa, ya," jelasnya.
Megawati pun mengenang saat kunjungannya ke Bukittinggi.
Ia melihat dan merasakan nuansa gotong royong masyarakat dan nuansa tradisi keislaman yang sangat kental.
Meski demikian, masyarakat setempat menempatkan tokoh adat ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai sebagai unsur kepemimpinan di Minangkabau.
"Jadi ke mana para cendekiawan yang dibilang cadiak pandai? Ini benar kan dulu setingkat loh, mungkin yang istilahnya Tungku Tigo Sajarangan alim ulama, cerdik pandai, yang satu lagi penghulu apa, ya? Kan, mendapatkan tempat yang sama di rumah gadang itu," ungkap Mega.