TRIBUNNEWS.COM - Simak sejarah singkat lahirnya Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia.
Hari Polwan diperingati pada tanggal 1 September setiap tahunnya.
Peringatan Hari Polwan ke-73 jatuh pada Rabu, 1 September 2021.
Lantas, bagaimana sejarah lahirnya Polisi Wanita di Indonesia?
Baca juga: Kumpulan Link Twibbon Hari Polwan 1 September dan Sejarahnya
Baca juga: Jadi Satu-satunya Polwan Jatim yang Dikirim ke Misi Perdamaian di Afrika Ini Sosok Briptu Clarana
Sejarah Singkat Lahirnya Polisi Wanita
Dikutip dari bengkulu.polri.go.id, pada masa penjajahan Belanda, akibat serangan besar-besaran terjadi arus pengungsian dimana-mana.
Pria, wanita dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan.
Pengungsian besar-besaran itu berpotensi menimbulkan masalah jika ada penyusup atau kriminal di antara pengungsi yang masuk ke wilayah-wilayah yang dikuasai Republik.
Saat ada kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak atau wanita, para pengungsi perempuan menolak digeledah oleh Polisi pria.
Karena itulah para pejabat kepolisian seringkali meminta bantuan kepada istri-istrinya untuk melakukan pemeriksaan dan penggeledahan.
Menyadari akan kebutuhan petugas wanita untuk menjalankan tugas-tugas kepolisian yang tidak dapat dilakukan oleh Polisi pria, maka pimpinan Polri pada saat itu memutuskan untuk menjadi polisi wanita.
Akhirnya pada tanggal 1 September 1948 dimulai pendidikan kader kepolisian untuk tingkat Perwira Angkatan 3 di Bukittinggi dengan 50 orang siswa.
Enam orang di antaranya adalah calon polisi wanita yang kemudian dikenal dengan polwan pertama di Indonesia atau perintis polisi wanita.
Keenam perintis polisi wanita tersebut di antaranya:
1. Nelly Pauna Situmorang
2. Djasmainar Husein
3. Rosmalina Pramono
4. Maria Mufti
5. Rosnalina Taher
6. Dahniar Sukotjo
Sehingga tanggal 1 September 1948 ditetapkan sebagai hari ulang tahun polwan dan diperingati setiap tahunnya dengan upacara yang diselenggarakan oleh personil polisi wanita di seluruh Indonesia.
Gagasan penerimaan kembali tenaga polisi wanita mendapat dukungan penuh dari Bhayangkari dan perjuangan untuk itu diteruskan melalui kongres wanita Indonesia (Kowani) yang berhasil setelah melalui proses panjang dan menghadap para pejabat yang berwenang pada waktu.
Sebagai hasilnya, muncullah Brigadir Brigadir Polisi wanita yang cukup menonjol dan disegani masyarakat karena kemampuan intelijen dan tugas umum.
Pada bulan Juni 1962, untuk pertama kalinya 4 orang Brigadir polwan ditugaskan pada Detasemen kawal pribadi korps Brimob di Istana Presiden.
Seiring berjalannya waktu tugas polisi wanita terus berkembang sehingga tugas tersebut tidak lagi dapat dipisahkan dengan tugas polisi lainnya.
Mereka sama-sama bertugas menjadi aparat negara yang menjalankan tugas sebagai pelindung pengayom dan pelayanan masyarakat serta penegakan hukum dalam masyarakat.
Kemudian, pada tanggal 1 September 2015 dibangun Monumen polwan di Bukittinggi sebagai Kota lahirnya polwan.
Sumatera Barat menjadi saksi bisu semangat Esthi Bhakti Warapsari dalam membangun negeri.
Makna Logo Polwan
Dikutip dari Museum Polri, lambang Polwan diwujudkan dalam bentuk logo dengan makna sebagai berikut:
1. Bunga Matahari yang bermakna sifat wanita.
2. Tujuh helai dan empat helai bunga melambangkan pedoman hidup Polri Tribrata dan pedoman kerja Polri Catur Prasetya Polri.
3. Perisai dan obor melambangkan Polwan adalah anggota kepolisian Republik Indonesia yang turut melaksanakan tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia.
4. Tiga bintang emas bermakna Tribrata sebagai pedoman hidup bagi tiap anggota Polri.
5. 1948 melambangkan saat pertama kali adanya Polwan di kepolisian Republik Indonesia.
6. Esthi Bhakti Warapsari bermakna pengabdian putri-putri pilihan menuju kea rah tercapainya cita-cita luhur yaitu terciptanya masyarakat Tata Tentram Kerta Raharja kepada negara dan bangsa.
(Tribunnews.com/Yurika)