News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pre-wedding atau Prekonsepsi, Mana Yang Lebih Penting? Ini Kata Kepala BKKBN

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo di acara Wisuda Angkatan Kedua Akademi Keluarga Hebat Indonesia Tahun 2019 di Kantor Pusat BKKBN, di Jakarta Timur, Kamis (11/12/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyoroti banyaknya pasangan yang bersusah payah mempersiapkan pernikahannya.

Namun, Hasto mengatakan, para pasangan itu justru sibuk mempersiapkan pre-wedding.

Padahal, kata Hasto, ada hal yang lebih penting dari itu.

Yakni, mempersiapkan kesehatan mulai dari mengecek nutrisi dalam tubuh, periksa HB serta periksa kesehatan lainnya.

Hal itu disampaikan Hasto saat konferensi pers sosialisasi Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting secara virtual, Jumat (3/9/2021) malam.

Baca juga: Ini Bahayanya Material Timbal Pada Cat Kayu dan Besi Terhadap Risiko Kesehatan

"Saya sering mengkritik, kita terlalu banyak preweding-prewedding, sementara kita kurang memperhatikan prekonsepsi. Prekonsepsi yang murah hanya periksa HB, minum tablet tambah darah dan asamfolat, saya jamin ya, kalau di Puskesmas itu enggak lebih dari Rp 20 ribu, tidak dikerjakan," kata Hasto.

"Tetapi preweding yang mahal itu dikerjakan puluhan juta,  tapi prekonsepsi tidak dikerjakan," tambahnya.

Hasto mengatakan, prekonsepsi sebelum pernikahan juga sama pentingnya.

Termasuk, dalam proses mulai dari sebelum hamil, sedang hamil hingga pasca melahirkan.

"Begitu juga kalau selama hamil, 5 juta kehamilan pertahun terkawal semuanya harapamnya tidak banyak yang lahir dengan BB atau TB yang kurang dan tidak banyak yang lahir sebelum waktunya," ucap Hasto.

Lalu, lanjut Hasto, begitu juga pasca persalinan bisa terkawal dengan baik.

Apalagi, pemberian Asi secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi merupakan langkah pencegahan stunting.

"Karena, mestinya 6 bulan pertama itu tidak diberikan makanan lain kecuali diberikan asi eksklusif dan juga tentu harapannya setelah melahirkan bisa KB. Bisa mengikuti kontasepsi karena selama ini tidak lebih 30 persen yang melahirkam segera menggunakan alat kontrasepsi," jelasnya.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini