TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbudristek Samto mengatakan pihaknya memfokuskan pengentasan buta aksara di lima provinsi.
Terdapat lima provinsi yang tingkat kebutaaksaraannya paling tinggi di Indonesia.
Lima provinsi tersebut, adalah Papua (22,03 persen), Nusa Tenggara Barat (7,52 persen), Sulawesi Barat (4,46 persen), Nusa Tenggara Timur (4,24 persen), dan Sulawesi Selatan (4,11 persen).
"Nanti kita akan coba tekankan program untuk wilayah yang tinggi tingkat kebutaaksaraannya. Semua anggaran kita fokuskan untuk memberantas buta aksara di lima wilayah terendah," ujar Samto melalui keterangan tertulis, Senin (6/9/2021).
Menurut Samto, penurunan angka buta aksara di lima provinsi tersebut akan meningkatkan angka melek aksara nasional secara siginifikan.
"Jika di lima wilayah tersebut buta aksaranya rendah maka akan meningkatkan angka melek aksara secara agregat," tutur Samto.
Dirinya mengakui upaya penurunan angka buta aksara menghadapi berbagai tantangan di masa pandemi.
Saat ini gerakan literasi digital sudah mulai dikembangkan secara daring di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sejak tahun 2017.
Baca juga: Kemendikbudristek: Penduduk Buta Aksara Mengalami Penurunan
Tercatat, lebih dari 270 ribu peserta didik kesetaraan sudah menggunakan sistem daring.
"Bagi para pengajar kesetaraan dengan koneksi internet yang baik, mereka sudah melakukannya," kata Samto.
"Bahkan di masa pandemi, jumlahnya diperkirakan makin meningkat. Inilah terobosan bagi pendidikan kesetaraan,” tambah Samto.
Selain itu, Kemendikbudristek juga memberi bantuan peralatan digital untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM) setiap tahun agar bisa memberikan layanan secara digital. Sekarang lebih dari 300 PKBM yang memiliki TBM berbasis digital.