TRIBUNNEWS, BANDUNG - Festival Bantu Teman adalah festival ekosistem perbukuan yang lahir dari aksi #TemanBantuTeman. Aksi tersebut muncul pada awal Agustus 2021, saat sejumlah pekerja buku di Indonesia menggalang donasi untuk meringankan beban rekan-rekan seprofesi yang terdampak pandemi.
“Sebelum pandemi, kami percaya ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh para pekerja buku atau pekerja teks, misalnya gaji atau bayaran yang relatif kecil, kontrak kerja dan tunjangan yang sering kali tidak ada, hingga pembayaran royalti yang tak tentu,” ujar M Aan Mansyur, salah seorang inisiator #TemanBantuTeman.
Pada bulan Juli, saat angka pasien Covid-19 di Indonesia meninggi, pemilik Jual Buku Sastra (JBS) Indrian Koto dan Mutia Sukma mulai menghubungi beberapa nama setelah tahu bahwa ada sejumlah teman yang harus menjalani isolasi mandiri. Tujuannya, menggalang dan mendistribusikan donasi.
“Itu semacam ungkapan cinta bagi teman-teman yang terdampak pandemi,” sambung Aan.
Beranjak dari situasi tersebut, lahirlah aksi #TemanBantuTeman. Selanjutnya, aksi ini tidak hanya menggalang dana buat teman-teman di lingkaran Aan, Indrian, Sukma, dkk (yang notabene para penulis), tapi juga buat para pekerja buku dan pekerja teks secara umum, mencakup para editor, penerjemah, illustrator, layouter, reseller dan pedagang buku, hingga jurnalis.
Saban hari, akun @bantutemanteman menerima puluhan formulir pengajuan bantuan. Para pengisi formulir diminta untuk menjelaskan mengapa mereka (atau orang-orang yang mereka rekomendasikan) perlu dibantu--hal yang jelas-jelas membutuhkan keberanian. Dalam situasi itulah kesadaran bahwa ekosistem perbukuan di Indonesia belum berpihak kepada orang-orang di dalamnya kian menguat, dan gagasan untuk menggelar Festival Bantu Teman pun mencuat.
“Tujuan jangka pendeknya memang untuk memperluas aksi #TemanBantuTeman. Kas kami kembang kempis sementara formulir pengajuan terus bertambah setiap hari. Namun lebih dari itu, kami juga ingin menggelar diskusi yang lebih intens demi mencari solusi atas kondisi ekosistem perbukuan saat ini,” papar Aan.
Untuk diketahui, seluruh panitia dan pengisi acara yang terlibat dalam festival ini tidak dibayar dan tidak mengambil keuntungan sepeser pun. Semuanya bergerak karena solidaritas dan atas dasar #TemanBantuTeman.
“Tidak ada alasan untuk tidak membantu teman. Setelah memutuskan untuk full menjadi penulis dan pemusik, kemudian pandemi datang, saya masih bertahan ya karena bantuan teman-teman,” kata Reda Gaudiamo, salah satu pengisi acara Festival Bantu Teman.
Eka Kurniawan menambahkan, omong-omong soal teman bantu teman, bahkan sebelum pandemi para pekerja buku sudah terbiasa silih bantu.
“Terutama karena kebanyakan mereka tidak memiliki jaring pengaman apa-apa, ya.”
Menurut Eka, kegiatan seperti Festival Bantu Teman sebaiknya direplikasi agar obrolan mengenai perbaikan ekosistem perbukuan menjangkau audiens yang lebih besar.
70 Pengisi Acara, 20 Sesi
Festival Bantu Teman diadakan secara daring pada 14-18 September 2021. Sebanyak 70 pekerja buku, seniman, musisi, pembuat film, dan jurnalis akan mengisi 20 sesi festival ini. Ya, dalam sehari, ada empat program yang digelar, meliputi diskusi panel, talkshow, dan pertunjukan. Adapun tema yang dibicarakan berkisar seputar penerbitan, penerjemahan, kepenulisan, ekonomi kreatif, lintas media, serta media baru.