Aryo melanjutkan, “Selama ini budaya-budaya seperti itu kan mulai dihilangkan, jarang dibahas, dan biasanya berbasiskan program. Karena itu kami mencoba menginisiasi untuk membangkitkan budaya gotong royong kembali.”
Ia pun menekankan bahwa Mutual Aid Jaksel adalah gagasan bersama, yang di bawahnya terdapat kolektif, tongkrongan, atau komunitas. Berangkat dari gagasan tersebut, hingga kini telah terdapat 10 komunitas yang bergerak di bawah Mutual Aid Jaksel, dan diharapkan seterusnya kian bertambah.
Sembari berusaha memberikan alternatif dan solusi bagi permasalahan yang ada, para relawan Mutual Aid Jaksel juga memiliki cerita dan pengalaman unik dalam perjalanannya, termasuk didatangi dan ditanyai oleh aparat keamanan.
“Meskipun akhirnya nggak diperpanjang, karena memang yang kami lakukan ini sudah seharusnya di masa pandemi seperti ini,” ungkap Hilman.
Aryo menimpali, “Ada cerita lucunya juga. Isu ini kemudian menyebar ke warga, dan kami dapat dukungan dari ibu-ibu warga setempat. Kata mereka, biar ibu-ibu yang belain.”
Terus bergerak untuk solidaritas
Untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya gotong royong di masa pandemi ini, peranan dan dukungan dari sesama masyarakat sangat krusial. Karenanya, media sosial menjadi salah satu sarana yang memiliki peran besar untuk menopang agenda-agenda Mutual Aid Jaksel.
Melalui akun Instagram @front.mutualaid gagasan-gagasan dari Mutual Aid Jaksel dapat diinisiasi dan disebarluaskan.
Agenda live charity pun juga dilakukan oleh Mutual Aid Jaksel melalui live Instagram. Selain itu, Mutual Aid juga memanfaatkan media sosial untuk memperbarui bukti pemanfaatan dana yang disalurkan secara berkala.
“Selain datang dari sosmed, kami juga belajar mengenai pentingnya mengaktifkan ruang ibadah. Misalnya masjid. Kalau dulu toa di masjid hanya sekadar digunakan untuk mengumandangkan adzan, kemarin warga berinisiasi mengumumkan agenda Mutual Aid lewat toa masjid dan meminjamkan karpet masjid untuk agenda di luar. Itu satu hal yang menurut saya unik,” sebut Aryo.
Ke depannya, Hilman berharap agar agenda Mutual Aid dapat menjangkau lebih banyak titik lagi. Sementara itu, Aryo mengungkapkan semoga generasi ke depan atau generasi sekarang dapat menghilangkan sentimen antar kampung.
“Saat ini kami sedang mengalami krisis, dan kami berusaha melakukan apa yang harus dilakukan di kondisi seperti ini,” lanjut Hilman.
Sebagai gerakan solidaritas, Mutual Aid Jaksel juga aktif berkolaborasi dengan gerakan-gerakan lain yang serupa, misalnya dengan gerakan Feed Not Bomb untuk posko makanan kucing dan anjing gratis, serta dengan Paramedis Jalanan di Jakarta untuk agenda pemeriksaan kesehatan.
Ke depannya, Mutual Aid Jaksel berharap dapat melakukan agenda solidaritas dengan prinsip dua arah secara jangka panjang melalui aksi yang membangun dan memberdayakan masyarakat.
“Prinsipnya Mutual Aid itu dua arah. Kami mencoba untuk melakukan setiap aksi atau kegiatan yang tujuannya membangun masyarakat, jadi nggak selamanya harus bergantung sama donor. Selanjutnya yang akan kami lakukan adalah sebagai penggerak atau mesin jangka panjang,” jelas Aryo.