Stanislaus mengatakan dengan tewasnya Ali Kalora dan Ikrima serta berkurangnya senjata yang dimiliki, maka semangat dari sisa kelompok MIT akan jatuh.
"Untuk memperkecil risiko maka kemungkinan menyerah adalah situasi terbaik bagi mereka. Tapi untuk mewujudkan ini maka aparat keamanan juga perlu melakukan dialog kepada para tokoh yang bisa berhubungan dengan sisa kelompok MIT untuk menghimbau agar mereka menyerah," ucap Stanislaus.
Selain itu, dia menyebut hal yang harus diwaspadai adalah munculnya pembelaan dan simpati dari kelompok tertentu atas tewasnya Ali Kalora dan Ikrima.
Sebelumnya pada 2020 ketika dua anggota MIT tewas ditembak aparat karena melakukan perampasan senjata pada anggota Polri yang berjaga di bank, pemakamannya mendapat simpati dari sejumlah masyarakat bahkan dielu-elukan seperti layaknya pahlawan.
Hal yang sama juga terjadi pada saat pemakanan pemimpin MIT Santoso pada 2016.
"Pembelaan dan simpati masyarakat terhadap teroris MIT ini menunjukkan bahwa radikalisme juga mengakar kuat di masyarakat, sehingga pemberantasan terorisme tidak akan mudah dilakukan. Kelompok MIT mampu bertahan selama ini tentu karena ada dukungan dari simpatisannya (sebagian masyarakat). Dukungan tersebut bisa berupa logistik atau berupa informasi," katanya.
Menurutnya, upaya pemberantasan terorisme tidak berhenti dengan menembak mati pelaku teror.
Di luar itu perlu dilakukan deradikalisasi terhadap kelompok masyarakat yang sudah terpapar paham radikal dan mendukung gerakan kelompok teroris.
Selain itu juga perlu dilakukan kontra radikalisasi yaitu penguatan ideologi di masyarakat agar tidak mudah terpengaruh dan mampu melawan paham radikal.
"Pemerintah perlu melakukan deradikalisasi terhadap pihak-pihak di masyarakat yang mendukung kelompok MIT. Jika hal ini bisa dilakukan secara masif, sehingga sisa kelompok MIT bisa menyerah, dan masyarakat sadar bahwa radikalisme terorisme adalah pelanggaran hukum yang tidak pantas dilakukan, maka kemungkinan wilayah Poso menjadi lebih baik dan lebih aman adalah sangat besar," jelas dia. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)