TRIBUNNEWS.COM - Mantan Pangkostrad, Letjen (Purn) Azmyn Yusri (AY) Nasution, menegaskan tidak ada penyusupan di tubuh TNI.
Pernyataan AY Nasution itu menanggapi adanya isu TNI disusupi paham komunisme.
Isu tersebut dilontarkan oleh mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, dalam webinar berjudul TNI versus PKI, Minggu (26/9/2021).
AY Nasution mengatakan, anggota TNI tetap solid hingga saat ini.
Sehingga, isu paham komunisme di tubuh TNI itu tidaklah benar.
"Setahu saya TNI itu masih solid, jangan terpengaruh isu-isu itu, prajurit masih kompak semua," ujarnya dalam program Kompas Petang, Rabu (29/9/2021), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Baca juga: Kritik Gatot Nurmantyo, Panglima TNI hingga Mantan Jenderal Kopassus Beri Tanggapan Serupa
Ia lalu meminta masyarakat agar tak mudah terpengaruh terkait isu yang beredar.
Selain itu, AY Nasution juga berharap tak ada pihak-pihak yang membuat kegaduhan di masyarakat.
"Jangan cepat-cepat kita percaya kepada pernyataan orang."
"Jangan cepat terpengaruh, mari buat suasana yang tenang di masyarakat," ucapnya.
"Jangan menimbulkan kegaduhan di masyarakat."
"Kita ini sudah susah pandemi ini, jangan lagi dibikin susah, jangan bikin stres," tegas dia.
Baca juga: Komisi I DPR dan Pengamat Berharap Gatot Nurmantyo Tak Sembarangan Sebut TNI Disusupi Komunis
Sebelumnya, AY Nasution merasa tudingan Gatot terkait paham komunis di tubuh TNI itu sangat dangkal.
"Itu analisa yang saya rasa terlalu dangkal, jangan seperti itu," kata dia.
Dirinya lalu meminta Gatot agar melihat data yang ada dulu sebelum memberikan tudingan.
"Kalau mau menganalisa, lihat dulu data lengkap, informasi."
"Cek dulu, kalau sudah pasti betul, baru berikan tanggapan," terangnya.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Dinilai Ingin Namanya Diperbincangkan dengan Memunculkan Isu TNI Disusupi Komunis
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Gatot Nurmantyo menyatakan bukti komunis masih ada di Indonesia, terkhusus di institusi TNI.
Menurutnya, hal itu dapat dilihat dari hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus).
Barang-barang yang dihilangkan, menurut Gatot, adalah yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme di Tanah Air pada era Orde Lama.
"Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, berapa diorama yang ada di Makostrad," ujarnya dalam acara webinar TNI Vs PKI pada Minggu (26/9/2021).
"Dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu."
"Di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI, di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO," sambung Gatot.
Baca juga: Agum Gumelar Nilai Gatot Nurmantyo Terlalu Tergesa-gesa Buat Pernyataan TNI Disusupi Komunis
Penjelasan Pangkostrad
Sementara itu, Panglima Kostrad, Letjen TNI Dudung Abdurachman, membenarkan patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad, yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) sebelumnya ada di dalam museum tersebut.
Patung tersebut, kata Dudung, dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI Azmyn Yusri (AY) Nasution pada 2011 sampai 2012.
Dudung mengatakan kini patung tersebut diambil oleh penggagasnya yakni Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepadanya selaku Panglima Kostrad saat ini.
Ia menghargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya.
"Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," kata Dudung dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021), seperti diberitakan Tribunnews.com.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Dituding Jualan Isu Komunis Menjelang 30 September
Dudung membantah tudingan yang mengaitkan penarikan tiga patung tersebut untuk melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S pada 1965.
Ia juga menegaskan tudingan tersebut tidak benar.
Dudung menegaskan dirinya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama yakni tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu.
Seharusnya, kata dia, Gatot selaku senior di TNI terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan menanyakan langsung kepada dirinya selaku Panglima Kostrad.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Gita Irawan)