TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin), mendorong santri agar tidak lengah menjadi bagian bangsa Indonesia untuk menjaga kesucian hati dan akhlak, berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran Islam rahmatan lil alamin serta tradisi luhur bangsa Indonesia.
Demikian disampaikan Gus Muhaimin saat menghadiri peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2021 di kediaman Pengasuh Ponpes Al Madina Gunungpati Semarang, Habib Umar Muthahar, Rabu (20/10/2021).
Menurut Gus Muhaimin, santri tidak semuanya adalah sosok yang mondok di Pesantren dalam waktu tertentu.
Baca juga: Hari Santri Nasional 22 Oktober: Berikut Arti Tema, Logo, dan Twibbon 2021, Simak Selengkapnya
Baca juga: Peringati Hari Santri, Maruf Ingatkan Fungsi Pesantren Sebagai Agen Pemberdayaan
Label santri disebutnya bisa saja disematkan kepada siapapun selama dia mencintai ulama, kiai, dan mau menjalankan tradisi ahlissunnah wal jamaah.
"Pokoknya yang cinta ulama, cinta kiai, melaksanakan ajaran Aswaja minimal mauludan, insyaallah bisa kita sebut santri. Apalagi kalau bulan maulid muludannya 10 kali, nah itu lebih santri lagi," kata Gus Muhaimin.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengajak kaum santri untuk terus tumbuh menjadi generasi membanggakan untuk Indonesia.
Tubuh, tenaga dan buah karya para santri, kata dia, diabdikan khusus untuk Indonesia.
“Semakin maju santri Indonesia, maka semakin maju bangsa Indonesia. Semakin maju Ahlussunnah Wal Jamaah, maka insyaallah Indonesia juga akan semakin maju di masa akan datang,” ujar Gus Muhaimin.
Baca juga: Peringati Hari Santri 2021, Wapres Maruf Amin: Peran Penting Pesantren di Era Transformasi Ekonomi
Dia berharap, santri dan pesantren dapat terus dan terus menjadi kekuatan besar bagi negara, sumber inspirasi sekaligus salah satu sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia.
Karena itu, Gus Muhaimin berujar, santri perlu menekankan dua hal.
Pertama, santri harus menjadi penopang kekuatan ekonomi baru.
"Kenapa? Karena sekarang ini semua rontok. Dan peran santri sangat dibutuhkan saat ini,” terangnya.
Kedua, lanjut Gus Muhaimin, Santri harus melek teknologi.
Dia mencontohkan Habib Umar Muthahar dan KH. Yusuf Chudlory yang mampu menjadikan teknologi sebagai media dakwah sehingga mampu menembus banyak kalangan secara lebih luas.