TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mengatakan para santri akan bergelut dengan isu-isu sosial kemasyarakatan, lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan yang lebih rumit dibanding dengan masa lalu.
Tantangan tersebut, kata Zainut, juga termasuk tantangan Revolusi Industri 4.0.
“Santri abad ke-21 harus memiliki keterampilan literasi digital (digital literacy), di samping literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan," ujar Zainut melalui keterangan tertulis, Jumat (22/10/2021).
Menurut Zainut, dunia saat ini tengah memasuki periode perubahan transformatif dan pergeseran besar dalam berbagai aspek kehidupan.
Segala sesuatu telah mengalami proses mediatisasi, digitalisasi, virtualisasi, otomatisasi, robotisasi, mobilisasi, dan deteritorialisasi.
Berbagai bentuk teknologi digital telah berkembang, antara lain kecerdasan buatan (artificial intelligence), data besar (big data), buku besar digital (blockchain), komputasi awan (cloud computing), Internet untuk Segala (Internet of Things atau IoT), pembelajaran mesin (machine learning), aplikasi seluler (mobile applications), nanoteknologi (nanotechnology), dan sebagainya.
Baca juga: Jokowi Ajak Santri Jadi Wirausahawan, Ciptakan Kesempatan Kerja untuk Orang Banyak
“Revolusi digital diperkirakan akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia, yang diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena digantikan oleh mesin," kata Zainut.
Menurutnya, hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi.
Sehingga, Zainut meminta para santri untuk menguasai teknologi agar mampu bersaing.
“Kondisi saat ini memaksa semua pihak untuk melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi, tidak terkecuali para santri," kata Zainut.
Santri milenial, menurutnya, juga harus dapat berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi.
Sehingga, proses pembelajaran di pesantren, selain tetap berorientasi tafaqquh fi al-din, semestinya juga terus disesuaikan agar selalu relevan dengan perkembangan zaman.
Serta tuntutan dunia industri dan dunia usaha, serta potensi kaum milenial dalam penghidupan di masa depan.
“Para ustaz di pesantren semakin penting untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada santri, yaitu karakter religius dan jiwa fastabiqul khairat atau berlomba-lomba untuk kebaikan," pungkas Zainut.