TRIBUNNEWS.COM - Pemberlakuan syarat wajib tes PCR bagi moda transportasi udara atau pesawat menimbulkan polemik.
Syarat tersebut dibuat pemerintah dalam masa perpanjangan PPKM di wilayah Jawa-Bali periode 19 Oktober hingga 1 November 2021.
Kebijakan yang mewajibkan pelaku penerbangan domestik menyertakan hasil pemeriksaan negatif Covid-19 dengan tes PCR meski sudah mendapat vaksin dosis kedua menuai banyak kritikan.
Namun, ada juga pihak yang mendukung kebijakan tersebut dengan alasan kesehatan.
Berikut sejumlah tokoh yang mendukung hingga menolak aturan wajib tes PCR bagi penumpang pesawat:
Ketua Satgas IDI Mendukung
Ketua Penanganan Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban mendukung aturan wajib tes PCR bagi penumpang moda transportasi udara atau pesawat.
Selain memiliki tingkat akurasi yang tinggi daripada tes antigen, kebijakan tes PCR dari pemerintah ini tepat karena lebih mempertimbangkan sisi kesehatan.
"Jadi kalau sekarang diperketat ya menurut saya setuju saja. Kali ini pemerintah lebih mempertimbangkan masalah keamanan daripada masalah ekonomi saya kira bagus," ujarnya saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Jumat (22/10/2021).
Baca juga: Berlaku 24 Oktober, Ini Aturan Lengkap Perjalanan Domestik Termasuk Naik Pesawat, Bus, hingga KA
Dokter penyakit dalam ini menerangkan sampai saat ini tes PCR masih menjadi tes terbaik dalam mendeteksi Covid-19.
Diharapkan dengan pengetatan testing ini penularan Covid-19 dapat ditekan semaksimal mungkin.
"PCR lebih baik daripada antigen. Dulu kenapa diperlakukan antigen? Karena kalau antigen teoritiskan bisa lebih cepat mendeteksinya."
"Cuma kemudian mungkin dipikirkan lagi kita ini sudah bagus banget kondisi kasus Covid-19. Jadi kalau sekarang diperketat ya menurut saya setuju saja," jelasnya.
Ia pun mengingatkan meski telah menerima vaksin dosis lengkap tidak ada jaminan seseorang tidak tertular Covid-19.
Sehingga pencegahan berlapis di masa penurunan kasus menjadi hal penting yang harus dilakukan dalam pergerakan masyarakat.
"Prinsip mempertahankan supaya tidak terjadi penularan dengan cara berlapis-lapis. Artinya diawalkan prasyaratnya. Tidak semua yang divaksinasi itu tidak tertular, masih bisa tertular."
"Karena itu kita perlu dua lapisan, selalu diwajibkan di dalam perjalanan di pesawat tetap pakai masker. Kemudian yang lapisan berikutnya dengan tesnya terbaik ya PCR," imbuh Profesor yang kerap disapa Berry ini.
Politikus PAN Tolak Kewajiban Tes PCR bagi Penumpang Pesawat
Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PAN Athari Gauthi Ardi mempertanyakan kebijakan pemberlakuan syarat naik pesawat wajib tes PCR.
Menurutnya, kebijakan baru ini keliru karena sebagan masyarakat sudah mendapatkan vaksin dosis kedua.
"Saya rasa kebijakan ini mulai keliru, kenapa penumpang pesawat yang sudah mendapatkan vaksin dosis kedua harus PCR?" kata Athari kepada Tribunnews.com, Jumat (22/10/2021).
Baca juga: Tes PCR Wajib Bagi Penumpang Pesawat, Golkar: Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati
Menurut dia, pesawat terbang merupakan alat transportasi paling aman dan siap dibandingkan dengan yang lainnya dalam menghadapai Covid-19.
Hal itu karena sudah dilengkapi dengan HEPA (High Efficiency Particulate Air) dan pemberlakukan protokol kesehatan dengan sangat ketat di bandara.
"Jika dibandingkan dengan alat transportasi seperti bus, kereta api dan lainnya, saya rasa pesawat adalah yang paling aman dan siap dalam menghadapi pandemi Covid-19."
"Kita tau bahwa kabin pesawat terbang sudah dilengkapi dengan sistem penyaringan udara HEPA dan di bandara pun sudah diterapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat," ucap Athari.
Athari mengatakan kebijakan PCR bagi penumpang pesawat akan membebankan masyarakat dan berpotensi pada penurunan jumlah penumpang serta kerugian maskapai.
Baca juga: Polemik Tes PCR Jadi Syarat Naik Pesawat, Ketua DPR: Rakyat Semakin Bingung, Terkesan Diskriminasi
"Tentu kebijakan seperti ini akan berdampak pada masyarakat kita, ini akan memberatkan masyarakat dan juga menurunkan jumlah penumpang pesawat dan bisa-bisa maskapai terus merugi," ujar Athari.
Athari menyatakan menolak kebijakan PCR bagi penumpang pesawat rute domestic diberlakukan, walau sudah divaksin dua kali.
"Jujur saja saya menolak untuk aturan ini diberlakukan, saya minta agar pemerintah merevisi kembali dengan mempertimbangkan banyak aspek," ungkap Athari.
Pengamat Anggap Naik Pesawat Wajib PCR Beratkan Calon Penumpang
Pengamat penerbangan Arista Atmadjati menilai, penggunaan metode tes Covid-19 dengan PCR untuk penumpang pesawat dapat membuat minat masyarakat menurun untuk melakukan perjalanan.
Menurutnya, dengan adanya kebijakan terbaru mengenai kewajiban PCR test ini juga dapat memberatkan calon penumpang pesawat dalam segi biaya.
"Bisa kita bayangkan, apabila satu keluarga bepergian dengan dua anak maka biaya tes PCR sudah mendekati Rp 2 juta dan belum ditambah harga tiket pesawat itu sendiri," ucap Arista saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (22/10/2021).
Baca juga: Sederet Kritik Atas Diwajibkannya Tes PCR Jadi Syarat Naik Pesawat
Ia juga menilai, waktu perubahan aturan perjalanan ini tidak tepat karena arus penumpang pesawat yang sedang mengalami kenaikan.
"Dengan adanya kebijakan ini, berpotensi kembali menurunkan pergerakan penumpang pesawat yang saat ini sedang bergerak naik," kata Arista.
Arista juga mengungkapkan, bahwa sebaiknya penumpang pesawat hanya perlu menggunakan hasil tes antigen saja. Mengingat dalam history 2 tahun terakhir ini, penyebaran Covid-19 di pesawat sangatlah kecil.
Projo Kecewa dengan Kewajiban Tes PCR bagi Penumpang Pesawat
Relawan Pro Jokowi (Projo) mendesak Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 segera meninjau kewajiban tes Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19.
Ketua Satgas Gerakan Nasional Percepatan Vaksinasi Covid-19 DPP PROJO, Panel Barus, mengatakan pihaknya kecewa dengan kebijakan wajib tes PCR untuk penumpang pesawat.
"Projo aktif melakukan percepatan dan perluasan vaksinasi gratis untuk rakyat."
"Tapi kami kecewa dengan kewajiban tes PCR," ujarnya dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Jumat (22/10/2021).
Panel Barus menjelaskan, di kalangan masyarakat muncul banyak pertanyaan mengenai efektifitas tes PCR jika dikaitkan dengan vaksinasi.
Menurutnya, vaksinasi telah digalakkan dan datanya bisa diakses melalui aplikasi PeduliLindungi.
Namun, kata dia, bukti telah divaksin tidak menggugurkan kewajiban calon penumpang pesawat udara menunjukkan hasil negatif Covid-19 pada tes PCR.
Sehingga, kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan dari masyarakat yang baru yakin dan mau divaksin.
"Mereka bertanya, kalau sudah divaksin kok masih harus tes PCR."
Projo juga mengingatkan Satgas Covid-19 bahwa harga tes PCR perlu ditinjau ulang agar tidak memberatkan masyarakat.
Lalu, pemotongan harga diperlukan supaya tidak diangggap seperti memanfaatkan kesusahan masyarakat selama pandemi Covid-19.
(Tribunnews.com/Maliana/Rina Ayu Panca Rini/Chaerul Umam/Hari Darmawan/Nuryanti)