TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Peringatan Dini untuk waspada terhadap kemungkinan datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini hingga awal 2022.
Peringatan tersebut disampaikan melalui laman bmkg.go.id pada Jumat (29/10/2021).
BMKG melaporkan adanya perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.
Data itu menunjukkan nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0,61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Baca juga: Peringatan Dini BMKG Sabtu, 30 Oktober 2021: Hujan Lebat Berpotensi Terjadi di 29 Wilayah
Baca juga: Prakiraan Tinggi Gelombang BMKG Sabtu, 30 Oktober 2021: 19 Wilayah Perairan Capai 2,5-4 Meter
Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang, sehingga masyarakat diimbau agar bersiap dengan kedatangan La Nina yang diprakirakan berlangsung hingga Februari 2022, dengan intensitas lemah hingga sedang.
"Mohon kepada daerah untuk tidak menyepelekan peringatan dini La Nina ini."
"Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan fokus pada penanggulangan pasca kejadian. Mitigasi yang komprehensif akan bisa menekan jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Lalu, apa itu fenomena La Nina?
Baca juga: Mengenal Iklim di Indonesia, Jenis-jenisnya, dan Fenomena Alam yang Mempengaruhi Perubahan Iklim
Dalam laman BMKG terdapat penjelasan tentang La Nina, yaitu kebalikan dari fenomena El Nino.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal.
Fenomena El Nino terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Sehingga, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Sedangkan La Nina adalah fenomena pendinginan Suhu Muka Laut (SML) di bawah kondisi normalnya di Samudera Pasifik.