Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemuda masa kini menghadapi tantangan yang tidak ringan.
Setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi, yakni era digital yang penuh seluk beluk, dominasi milenial yang melahirkan persaingan serta saling adu kreatif dan inovasi, serta pandemi Covid-19.
Hal ini mengemuka saat webinar bertema Memaknai Sumpah Pemuda Ditengah Triple Stroms yang diadakan Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (IKA Undip) DKI Jakarta, Sabtu (30/10/2021).
Tampil sejumlah narasumber antara lain, Prof Dr Suharnomo Dekan FEB Undip; Susi Pudjiastuti, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan; Hendrar Prihadi Walikota Semarang; Vicky Simanjuntak, Policy Advisor Kemenkop UKM, dan dr Clarin Hayes (dokter dan youtuber).
Susi Pudjiastuti mengatakan, dalam kondisi yang penuh persaingan ini sangat sulit bagi generasi masa kini untuk berkembang bila tidak open minded atau membuka dan memperluas cakrawala berpikirnya.
"Generasi muda harus dapat mencermati kondisi kekinian dan mengimplementasikan impiannya," ujar Susi saat acara webinar itu.
Baca juga: Indonesia Masuk Zona Hijau Covid-19 Dunia, dr Reisa: Aman Dikunjungi
Dikatakannya, untuk melakukan semua itu, jangan ragu untuk berinovasi dan membangun sinergi dengan berbagai pihak.
"Harus memperkaya diri dengan inovasi dan hal-hal baru yang kreatif," imbuhnya.
Wali Kota Semarang dalam paparannya menjelaskan, bagaimana pentingnya menerapkan Pancasila sebagai landasan hidup meski ditengah revolusi industri 4.0.
"Sejatinya, teknologi digunakan untuk mendukung, bukan menggantikan peran manusia," ujarnya.
Saat ini saja Jepang merilis Society 5.0, di mana lebih mengedepankan peran manusia, meskipun tetap berbasis teknologi.
Baca juga: Berhasil Masuk Zona Hijau, Indonesia Serukan Hak Kemerdekaan Pandemi Covid untuk Semua Warga Dunia
"Dengan mengesampingkan peran manusia, maka Indonesia bisa menghadapi masalah besar, di mana pengangguran semakin meningkat, kurangnya kepedulian terhadap kemiskinan, angka kriminalitas meningkat, bahkan bisa berujung pada konflik dan perpecahan," terang Hendrar.
Pemko Semarang, sambungnya, telah menjalankan konsep 'Bergerak Bersama', yang memadukan pemerintah, perusahaan, penduduk, dan pewarta (media).
"Kerja-kerja kolaboratif atau gotong royong menjadi kunci dalam memaksimalkan bonus demografi di era revolusi industri 4.0," ujarnya.
Suharnomo menyitir studi McKinsey yang menyatakan, keberadaan teknologi dapat mendorong terciptanya lebih banyak lapangan kerja.
Baca juga: Momen Keakraban Ganjar Panggil Susi Pudjiastuti Nenek sampai Disebut Gubernur Ngehe
"Diperkirakan ada 23 juta lapangan pekerjaan baru bakal muncul. Namun, pekerja baru yang dibutuhkan adalah yang paham akan teknologi dan selalu berinovasi," ujarnya.
Dia meyakini kaum muda di Indonesia akan sanggup bersaing di tingkat global.
Saat ini saja, jumlah start up di Indonesia adalah terbanyak di ASEAN, sekitar 1.726.
Jauh dibanding Singapura (513), Filipina (194) dan Malaysia (148).
"Kaum muda masa kini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Tidak hanya bicara soal intelektual, tapi juga jaringan dan kemampuan berinovasi," kata Koeshartanto Wakil Ketua IKA Undip DPD DKI.
Dua generasi muda, Vicky Simanjuntak dan dr Clarin Hayes menilai, kemajuan teknologi mendorong anak-anak muda untuk lebih berinovasi dan kreatif.
"Sayangnya, banyak orang meragukan kemampuan orang muda, sehingga peluang-peluang untuk mengembangkan diri pun menjadi lebih sempit," ujar Vicky.
Clarin juga meminta para anak muda untuk terus belajar, terlebih hal-hal baru yang berguna, seperti kemajuan teknologi, informasi, dan pengetahuan.
Sebelum webinar, diadakan pengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) IKA Undip se-Jakarta oleh Noor Rachmad Ketua DPD DKI.
"Ini merupakan bentuk penguatan organisasi sampai ke bawah. Dengan begitu, kiprah IKA Undip dapat lebih dirasakan, baik oleh anggota maupun masyarakat luas," ujar Noor.