Kedatangan Inggris di Surabaya
Tim Pemulangan Tawanan Perang Sekutu atau RAPWI yang merupakakn bagian dari AFNEI tiba di Surabaya pada 19 September 1945.
Namun kedatangan mereka tidak disambut baik karena tidak adanya koordinasi dengan pimpinan Indonesia di Surabaya ditambah di dalamnya beranggotakan perwakilan dari pihak Belanda.
Lalu di sisi lain, pada awalnya pihak Inggris dalam menjalankan misinya hanya mengerahkan Brigade Infanteri India ke-49 yang berada di bawah pimpinan Brigadir Mallaby yang memiliki kekuatan antara 4.000 hingga 6.000 pasukan.
Kemudian mereka sebenarnya belum diperbolehkan untuk mendarat di Surabaya sebelum memperoleh izin dari pimpinan Indonesia di Jakarta.
Hal tersebut mengakibatkan adanya perundingan antar pimpinan sekutu dengan pimpinan Indonesia di Surabaya.
Beberapa pertemuan pun dilakukan dan pihak Indonesia menyepakati untuk memberikan izin bagi sekutu Inggris memasuki Surabaya serta menempati beberapa objek yang sesuai dengan tugas mereka.
Pihak Inggris pun juga meminta agar para masyarakat biasa selain polisi, Tentara Keamanan Rakyat (TKR), serta badan perjuangan untuk dilarang membawa atau menggunakan senjata agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Kedua permintaan dari masing-masing pihak pun disepakati dan diakhiri dengan membentuk sarana komunikasi yakni Kontak Biro.
Pertempuran Pendahuluan
Setelah kesepakatan terjadi, pihak Inggris pun melanggarnya karena mereka malah menangkapi pula beberapa tokoh pemuda Surabaya serta menduduki objek vital di luar kesepakatan seperti Kantor Pos Besar, Gedung BPM, pusat otomobil, pusat kereta api hingga Gedung Internatio.
Selain itu adapula upaya pembebasan seorang perwira Angkatan Laut Belanda, Kapten Huiyer dan membebaskan para tawanan Belanda yang berada di kompleks Wonokitri pada 26 Oktober 1945 tepatnya pada malam hari.
Ditambah masyarakat Surabaya semakin geram dengan adanya ultimatum yang diketahui lewat selebaran dan berisi jika pasukan Indonesia harus menyerah kepada pihak sekutu dalam waktu 48 jam atau menghadapi konsekuensi ditembak.
Puncaknya terjadilah kontak senjata pertama pada 27 Oktober 1945 pukul 14.00 WIB antara pasukan pemuda PRISAI dan pasukan Gurka yang merupakan berasal dari pihak sekutu.