Setelah beberapa kali Cut Nyak Dhien, suami, dan pasukannya melakukan perlawanan, pada tanggal 30 September 1893 Teuku Umar beserta 250 orang pasukannya secara resmi menyatakan tunduk kepada gubenur Belanda di Kutaraja.
Teuku Umar bersedia membantu Belanda untuk mengamankan Aceh.
Karena itu Pasukannya diberi perlengakapan yang cukup.
Cara yang dilakukan oleh Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien digunakan untuk mempelajari taktik perang Belanda.
Teuku Umar diangkat sebagai panglima dengan gelar Teuku Umar Johan Pahlawan.
Selama kurang lebih 3 tahun, Teuku Umar pada tanggal 29 Maret 1896 kembali membawa pasukannya untuk bergabung dengan pejuang Aceh beserta perlengkapan persenjataan pemberian Belanda.
Mengetahui tindakan pengkhianatan yang dilakukan oleh Teuku Umar, Belanda mencabut jabatan sebagai panglima perang, gelar kebesaran "Johan Pahlawan" dan menyatakan perang terhadap Teuku Umar.
Akhirnya, Teuku Umar beserta Cut Nyak Dhien pergi ke daerah Barat Aceh dan bertempur habis-habisan melawan Belanda.
Baca juga: Kumpulan Kata Mutiara Para Pahlawan Nasional Indonesia, Simak Selengkapnya
Nahas, saat perang yang terjadi pada 11 Februari 1899 membuat Teuku Umar tewas tertembak.
Meski suaminya meninggal, Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh.
Dengan kondisi Cut Nyak Dien semakin rentan. Matanya mulai rabun dan terkena encok, ditambah sumber makanan yang tidak pasti karena benar-benar telah habis dan jumlah pasukan yang juga berkurang.
Kondisi itu membuat pasukannya iba dan salah satu anak buahnya melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda.
Dengan mudah Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu dan membuatnya terkejut.
Mereka tetap berperang matia-matian, tapi berhasil digagalkan oleh pasukan Belanda, Cut Nyak Dien pun akhirya tertangkap.