TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPR RI Fraksi PKS Fahmi Alaydroes menanggapi soal kabar dirinya tak digubris saat menyampaikan interupsi dalam rapat paripurna pengesahan uji kepatutan dan kelayakan calon Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, Senin (8/11/2021).
Bahkan, karena merasa kesal, Fahmi secara spontan melontarkan kalimat protesnya kepada Puan Maharani.
Sontak, momen ini menjadi pembahasan publik.
Oleh karena itu, Fahmi meminta maaf kepada fraksi PDI Perjuangan atau PDIP karena melontarkan kalimat protesnya itu.
Selain itu, menurut Fahmi, hal ini juga dapat menjadi pembelajaran bagi pimpinan DPR supaya menjamin hak anggota dewan untuk menyampaikan interupsi saat sidang berlangsung.
"Rencana yang ingin saya sampaikan sudah saya siapkan dan sengaja (ingin saya sampaikan) di momen (sidang) paripurna yang sekarang, karena berkaitan erat dengan pengesahan panglima."
Baca juga: Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Minta Pemerintah Tak Asal Bicara Soal Covid-19 Delta Plus
Baca juga: Baleg DPR Targetkan Draf RUU TPKS Disahkan 25 November
"Seperti yang saya sampaikan, pengesahan panglima itukan kebahagian yang tidak terpisahkan dari ketahanan negara kita. Nah, ini ingin saya sandingkan dengan ketahanan moral bangsa begitu."
"Tapi kesempatan itu begitu saja tidak diizinkan, maka saya sampaikan protes seperti yang teman-teman sampaikan," terang Fahmi dikutip dari Kompas Tv, Rabu (10/11/2021).
Kendati demikian, Fahmi menyebut permaslaahn ini telah telah selesai.
"Hal itu sudah selesai tadi dengan teman-teman. Saya juga sudah minta maaf, tetapi itu menjadi pelajaran besar buat pimpinan DPR untuk menghargai dan menjamin hak konstitusi saya sebagai anggota dewan," tambah Fahmi.
Moment Puan Abaikan Interupsi Fahmi
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani terlihat mengabaikan interupsi yang datang dari anggotanya dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-9 tahun sidang 2021-2022.
Diketahui pada rapat yang mengagendakan pengesahan Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI tersebut, Puan masih tetap melanjutkan kalimat penutupnya meski ada interupsi.
Baca juga: Profil Fahmi Alaydroes, Anggota DPR Fraksi PKS yang Sindir Puan setelah Interupsinya Diabaikan
Hal itu terjadi, usai Puan memberikan persetujuan dan memperkenalkan Panglima TNI baru kepada awak media yang disiarkan secara virtual melalui Kompas Tv, Senin (8/11/2021).
"Pimpinan dewan mengucapkan selamat kepada calon Panglima TNI. Semoga dapat menjalankan peran strategis dalam memimpin TNI dan melaksanakan kebijakan pertahanan negara dengan penuh tanggung jawab dan amanah."
"Sidang dewan yang kami hormati dengan demikian selesailah acara rapat paripurna dewan hari ini."
"Pimpinan ucapan terima kasih kepada yang terhormat para anggota dewan dan hadirin sekalian atas ketekunan dan kesabarannya dalam mengikuti rapat paripurna dewan hari ini. Dengan ini, perkenankan kami menutup rapat paripurna," kata Puan.
Baca juga: Rapat Pengesahan Jenderal Andika di DPR Sempat Memanas, Legislator PKS Sindir Puan, Ini Gara-garanya
Pada saat Puan menyampaikan kalimat penutup itu, tiba-tiba Fahmi mengajukan interupsi.
"Interupsi pimpinan, interupsi. Saya minta waktu pimpinan, interupsi."
"Pimpinan saya minta waktu, pimpinan saya A432," kata Fahmi.
Namun, interupsi tersebut tak digubris oleh Puan.
Ketua Rapat Paripurna tersebut tetap melanjutkan kalimat penutupnya hingga kemudian terlihat mengetukkan palunya sebanyak tiga kali, tanda mengakhiri rapat.
Di akhir acara, pada waktu rapat bubar, terdengar salah seorang angkat bicara.
Baca juga: Puan: Kita Ingin Panglima TNI yang Baru Bisa Mewujudkan Kekuatan TNI yang Disegani di Kawasan
"Gimana mau jadi capres, kalau begini?" katanya.
Interupsi PKS Disebut Cara Untuk Cari Panggung
Dikutip dari Tribunnews.com, Rabu (10/11/2021), interupsi yang dilakukan oleh anggota Fraksi PKS, Fahmy dalam sidang paripurna DPR RI dinilai sebagai strategi komunikasi fraksi oposisi tersebut untuk mendapat perhatian publik.
Hal tersebut disampaikan oleh pengajar komunikasi politik Universitas Indonesia, Ari Junaedi, Selasa (9/11/2021).
Sebab, kalau hanya dengan mengandalkan kekuatan politik yang lemah di parlemen saat ini, suara PKS tidak akan terdengar oleh masyarakat luas.
“Kalau bahasa gampangnya ini strategi ‘cari panggung’, karena PKS sadar kekuatan politik mereka lemah di DPR RI, fraksi oposisi juga lemah."
"Kalau kita lihat, bukan kali ini saja PKS memanfaatkan interupsi di sidang paripurna untuk memasukkan agenda lain,” kata Ari Junaedi.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Faryyanida Putwiliani)