Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Gusma menyampaikan, selamat atas Pelantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan Kepala Staf Angkatan Darat Letjen Dudung Abdurachman pada Rabu (17/11/2021).
Stefanus berharap besar TNI semakin profesional dan dekat dengan rakyat.
"Karena TNI merupakan alat pertahanan negara yang bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi keselamatan bangsa," kata Gusma dalam keterangannya, Rabu (17/11/2021).
Gusma menaruh harapan besar kepada Jenderal Andika Perkasa untuk mengevaluasi kinerja TNI, terutama di Papua berkaitan dengan seringnya terjadi konflik bersenjata yang sudah menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Baca juga: Marsekal Hadi Tjahjanto: Besok Saya Akan Menyerahkan Panji TNI kepada Jenderal Andika Perkasa
Baik korban dari masyarakat sipil maupun dari prajurit TNI sendiri.
“Kekerasan itu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Kekerasan demi kekerasan yang terjadi semakin menimbulkan keresahan dan menjauhkan rasa aman bagi rakyat di Papua."
"Kekerasan selalu berulang dan kesejahteraan pun juga belum merata. TNI adalah Kita adalah visi yang pas dalam rangka keberpihakan di Tanah Papua," ujar Gusma.
Ia juga menyampaikan bahwa Pemuda Katolik yang dipimpinnya akan terus memberikan perhatian khusus tentang Papua.
Karena pertama, ada persoalan fundamental krisis kepercayaan politik di Papua.
Baca juga: Tokoh Muda NU Nilai Jenderal Andika Perkasa dan Jenderal Dudung Abdurahman Sebagai Benteng NKRI
Kedua, laju pembangunan infrastruktur tidak diimbangi dengan strategi pembangunan manusia yang tepat dan sistematis.
Ketiga, ada perbedaan persepsi terhadap berbagai persoalan sosial kemasyarakatan di Papua antara Papua dan Jakarta.
Pemuda Katolik sebagai salah satu stakeholder pembangunan manusia Papua, lanjutnya, siap bersinergi dengan semua pihak untuk mengupayakan dialog yang lebih dalam antara Papua dan Jakarta.
Perbedaan persepsi yang melandasi berbagai konflik di Tanah Papua harus berakhir dengan dialog yang lebih berkualitas dan menyentuh hingga ke basis.