News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sampah Plastik Jadi Isu Darurat, Gerakan #GenerasiPilahPlastik Diluncurkan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Webinar Unilever Indonesia bertajuk 'Plastik dan Evolusi Perilaku Manusia', Selasa (16/11/2021).

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Permasalahan sampah tentunya menjadi tanggung jawab setiap orang dapat mengatasinya melalui pengelolaan secara optimal hingga dapat menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.

Namun dalam menangani masalah ini, tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, satu diantaranya karena masyarakat perlu mendapatkan edukasi terlebih dahulu dalam upaya menumbuhkan sikap disiplin dan tanggung jawab mereka pada kemasan produk yang telah mereka pakai.

Di Indonesia pada 2020, timbunan sampah telah mencapai 67,8 juta ton per tahun, angka ini diperkirakan akan meningkat 5 persen setiap tahunnya.

Dari jumlah tersebut, 15 persen diantaranya merupakan jenis sampah plastik.

Sementara jika difokuskan pada pulau Jawa, tercatat ada 88,17 persen sampah plastik yang masih diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau terbengkalai di lingkungan tanpa adanya penanganan.

Terkait kondisi darurat ini, pemerintah pun menargetkan angka pengurangan sampah mencapai hingga 30 persen pada 2025.

Baca juga: Warga Indonesia Belajar Memilah Sampah di Amakusa Kumamoto Jepang

Tidak hanya itu, ada sederet regulasi dan gerakan pula yang dicanangkan untuk menegaskan pentingnya kolaborasi dari semua pihak untuk turut ambil bagian dalam upaya mengurai permasalahan sampah ini.

Lalu solusi apa yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini ?

Perencana Madya pada Direktorat Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Erik Armundito, S.T., M.T., Ph.D, mengatakan masyarakat memiliki peran yang sangat penting untuk merealisasikan gerakan penanggulangan sampah ini.

"Peran individu dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkan target nasional penanggulangan sampah, termasuk sampah plastik," ujar Erik, dalam webinar Unilever Indonesia bertajuk 'Plastik dan Evolusi Perilaku Manusia', Selasa (16/11/2021).

Baca juga: Mayat Bayi Terbungkus Plastik Ditemukan Warga di Tempat Pembuangan Sampah

Ia kemudian menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk penanganan dan pengelolaan sampah.

Ini tentunya akan menjadi kunci yang dapat memicu terjadinya perubahan sosial dan perilaku masyarakat saat ini.

Yang pertama adalah peraturan perundangan dan turunannya, yang mengatur tentang pengelolaan dan pengolahan sampah, mulai dari hulu sampai hilir.

"Kedua, peningkatan pemahaman terhadap masyarakat, bisa melalui sosialisasi, pendampingan, kampanye pelatihan, hingga datang ke sekolah-sekolah," jelas Erik.

Lalu yang ketiga, harus ada tokoh panutan, yakni mereka yang memiliki komitmen terhadap pengelolaan sampah.

Baca juga: Berawal Lihat Kantong Kresek Bergerak Sendiri, Petani di Ciamis Temukan Bayi Dekat Tumpukan Sampah

"Bisa jadi pejabat, wakil rakyat, tokoh agama, tokoh masyarakat, ataupun dari public figure," kata Erik.

"Selanjutnya keempat, penyediaan fasilitas-fasilitas pengelolaan sampah. Yang kelima dan yang terpenting adalah penegakkan hukum," papar Erik.

5 poin tersebut pun ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 dan telah masuk di Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPNJP).

Erik menekankan, seluruh pihak harus turut ambil bagian dalam upaya ini, termasuk perusahaan penghasil produk kebutuhan rumah tangga seperti PT Unilever Indonesia, Tbk.

"Dalam merealisasikannya, tentunya kolaborasi bersama seluruh pihak, termasuk pihak produsen dan konsumen, sangat dibutuhkan," tegas Erik.

Pada kesempatan yang sama, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi mengatakan bahwa membantu mengatasi permasalahan sampah telah menjadi komitmen jangka panjang pihaknya, terutama terkait pengelolaan sampah plastik di Indonesia.

"Kami percaya bahwa plastik memiliki tempatnya di dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan kita. Hal ini sejalan dengan komitmen global bahwa selambatnya tahun 2025, Unilever akan mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru, mendesain 100 persen kemasan plastik produknya agar dapat didaur ulang dan digunakan kembali atau dapat terubah menjadi kompos, serta membantu mengumpulkan dan memroses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijual," tegas Maya.

Untuk mencapai komitmen tersebut, pihaknya pun telah menerapkan upaya dari hulu ke hilir, mulai dari mendesain produknya hingga tahap pasca penggunaan kemasan oleh konsumen melalui peluncuran gerakan #GenerasiPilahPlastik.

Baca juga: Ubah Sampah Jadi Berkah, Kisah 2 Sosok Pelestari di Bandung Topang Ekonomi Keluarga di Masa Sulit

"Edukasi ke masyarakat dan khususnya konsumen menjadi salah satu fokus yang kami lakukan. Misalnya, baru-baru ini kami meluncurkan gerakan #GenerasiPilahPlastik untuk mengajak masyarakat menjadi generasi yang lebih peduli lingkungan dan lebih bertanggung jawab terhadap kemasan yang mereka gunakan, terutama kemasan plastik," kata Maya.

Sosialisasi dan edukasi yang dilakukan perusahaan ini kepada masyarakat pun turut melibatkan para pakar di bidang ilmu sosial.

"Kami percaya jika konsumen atau masyarakat bergerak bersama kami, kita bisa menghasilkan dampak yang lebih signfikan dalam menciptakan lingkungan yang lestari, lebih bersih dari sampah," jelas Maya.

Berdasarkan data, 37,3 persen dari sampah yang terkumpul pada 2020 berasal dari sampah rumah tangga.

Bahkan dari 175.000 ton sampah yang dihasilkan Indonesia per harinya, didominasi oleh sampah rumah tangga yang capaiannya hingga 60 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini