Singkat cerita lewat buku tersebut menjadi pembuka jalannya berhijrah ke Sulawesi Selatan.
Hingga saat ini.
Sempat Tak Lolos PPPK
Perjuangan 20 tahunnya baru terbayar di tahun 2021, Novel dinyatakan lolos PPPK.
Novel menceritakan melalui PPPK dirinya melamar bukan ke sekolah negeri namun Sekolah Luar Biasa (SLB).
Saat ditanya mengapa dirinya memilih SLB, dirinya pun memberikan alasan yang sangat menyentuh, bahwa hal tersebut adalah cita-citanya sejak dulu, menjadi guru untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
“Kebetulan formasi PPPK ini ada SLB-nya, maka gayung bersambut jadinya, tanpa pikir panjang saya langsung menuju ke SLB walaupun semua orang mempertanyakannya,” ujar Ketua Forum Guru Tenaga Kependidikan Honorer Non Kategori (GTKHNK) Wajo tersebut.
Baginya mengajar anak-anak berkebutuhan khusus menjadi keistimewaan tersendiri, sekecil apapun ilmu yang diberikan akan lebih mendatangkan manfaat.
“Walaupun saya menjadi orang terkenal punya uang banyak sekalipun saya tetap mau menjadi seorang guru, dengan mengajar ke anak-anak didik itu yang akan mendatangkan amal jariyah, mengalir terus,” imbuhnya.
Dirinya pun berharap ke depan Pemerintah Indonesia lebih memperhatikan kesejahteraan para guru honorer.
“Belajarlah dari sejarah 'jas merah', jangan sekali-sekali melupakan sejarah, karena berdirinya Indonesia itu ditopang dari adanya para guru, pengorbanan para guru.”
Cerita Asa dari Gunungkidul, DIY
"Saya itu kok menikmati sekali peran saya jadi guru, walaupun ya gajinya sedikit, tapi selalu ada rasa senang, motivasi juga semangat ketika bertemu anak-anak didik."
Kalimat bernada ramah tersebut dituturkan oleh Fiftin (54), seorang guru honorer asal Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang sudah 14 tahun mengabdi.
Baca juga: FSGI Ungkap Kendala Guru Honorer Berusia Tua Jadi PNS