Laporan Wartawan Tribunnews.com, Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Akhir-akhir ini banyak cerita sumbang lantang terdengar dari seluruh penjuru negeri, bersamaan dengan digelarnya seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Guru 2021.
Cerita dari para guru honorer yang terus berjibaku dengan nasib mereka, mencari secercah harapan agar pengabdian mereka dihargai.
Mereka para guru honorer, sang pahlawan yang ditempa di negeri sendiri.
Mereka bertahan bertahun-tahun, belasan bahkan puluhan tahun bekerja mulia dengan upah kecil, mendidik anak-anak bangsa.
Inilah cerita ‘ajaib’ mereka:
Cerita Asa dari Wajo, Sulawesi Selatan
“Melewati tantangan dan rintangan menuju ke sekolah tempat saya mengajar, karena lokasinya terpencil, kadangkala berpapasan dengan kawanan gajah liar hingga binatang buas lainnya.”
Cerita tersebut dituturkan oleh Novel Tri Nuryana Harahap (42), guru honorer Sulawesi Selatan, Senin (29/11/2021).
Dirinya mengampu mata pelajaran Agama Islam untuk Kelas X SMAN 9 Wajo.
Novel sudah 20 tahun lebih mengarungi dunia pendidikan, mengajar dari sekolah satu ke sekolah lainnya.
Membimbing anak didik dari berbagai karakter, bahkan kondisi perekonomian.
Perjalanannya berawal dari tahun 2000, saat itu era reformasi, Novel mengampu di sebuah sekolah swasta di Medan, Sumatera Utara yang mayoritas muridnya adalah keturunan Tionghoa.
“Hidup saya sejahtera saat itu, bahkan gaji saya bisa menyentuh Rp 1,7 juta per bulannya, padahal saat itu untuk gaji guru golongan 3a saja masih sekitar Rp 700 ribu,” kata Novel kepada Tribunnews.com.