TRIBUNNEWS.COM - Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas pada Sabtu (4/12/2021).
Awan panas guguran tersebut mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 WIB, dikutip dari lama BNPB.
Sebelumnya, getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.
Laporan terbaru BNPB melalui unggahan di akun Instagram @bnpb_indonesia pada Senin (6/12/2021), beberapa bangunan di sepanjang jalan yang berada di lembah Daerah Aliran Sungai (DAS) Curah Kobokan mengalami kerusakan akibat awan panas guguran.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, memerintahkan seluruh unsur TNI, Polri dan lintas instansi gabungan agar memastikan tidak ada masyarakat di wilayah itu.
Hal itu untuk mengantisipasi adanya awan panas guguran susulan Gunung Semeru yang masih berpotensi terjadi sewaktu-waktu.
Baca juga: Pemprov DKI Kirim 8 Truk Bantuan Logistik dan 60 Personel, Bantu Korban Erupsi Gunung Semeru
Lalu, apa itu awan panas?
Awan panas mempunyai mobilitas dan suhu tinggi sangat berbahaya bagi penduduk sekitar gunung api.
Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi.
Campuran material gunung yang menggulung kemudian terlihat seperti awan yang menyusuri lereng.
Menurut laman esdm.go.id, aliran piroklastik atau aliran awan panas sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah.
Suhu awan panas sangat tinggi, yaitu antara 300 – 700 Celcius.
Awan panas memiliki kecepatan lumpur yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir.