Puput misalnya, mengaku sempat berdiskusi dengan ibu serta kakaknya terkait tawaran menjadi ASN Polri itu.
Meski ibundanya sempat membujuk Puput untuk mencobanya terlebih dahulu tawaran itu, mantan jurnalis itu memilih tetap tidak mengambilnya.
"Karena ayah saya sudah tidak ada, jadi saya diskusi dengan ibu dan kakak," ujar Puput dalam perbincangan di kantor Tribun Network di Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/12/2021).
"Ibu sempat menyuruh mencoba, tetapi karena keputusan saya sudah bulat tidak mau, akhirnya saya menjelaskan dan ibu mengerti keputusan yang saya ambil," sambungnya.
Hal yang sama diungkapkan Beny yang mengatakan orang tuanya memang sempat kecewa saat ia memutuskan tidak mengambil tawaran untuk menjadi ASN Polri.
"Sepertinya orang tua kecewa. Namun apapun yang saya putuskan dan saya jalani akhirnya orangtua juga mengerti," ujar Beny.
Baik Puput dan Beni mengatakan meski saat ini belum memiliki pekerjaan tetap, namun mereka juga memiliki pertimbangan mengapa akhirnya menolak tawaran menjadi ASN Polri.
"Kalau gol saya masuk KPK sebenarnya bukan untuk menjadi ASN seperti ini, tetapi ingin sekali korupsi benar-benar lenyap dari negara ini," ujar Puput.
Sementara Beni bersikukuh menolak menjadi ASN Polri, meski gaji yang ditawarkan tidak berbeda jauh ketimbang gajinya saat di KPK.
"Gaji di KPK dahulu bagus besarannya menurut saya. Dan bahkan kemarin saat tawaran ASN Polri, katanya gajinya juga tidak akan jauh berbeda," kata Beni.
Namun seperti Puput, ia juga akhirnya menolak tawaran tersebut. Meski saat ini ia juga belum mendapat tawaran pekerjaan baru selepas berhenti dari KPK.
"Saat ini saya lebih banyak berkontemplasi di depan Netflix," seloroh Beny.
Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Resmi Lantik 44 Eks Pegawai KPK Jadi ASN Polri
Bukan Solusi
Mantan penyelidik KPK Rieswin Rachwell menyebut tawaran menjadi ASN Polri kepada 57 mantan pegawai KPK itu bukanlah solusi terhadap persoalan polemik TWK 57 pegawai KPK.