Hasil pembacaan mereka, menentukan pilihan politik mereka. Bahkan mereka menolak politik uang.
Sikap tersebut tampak pada 37,4 persen menolak politik uang dengan berbagai alasan, sementara yang menerima politik uang sebesar 24,8 persen.
Artinya, pemilih milenial dan generasi Z, merupakan pemilih yang rasional bila mendapat edukasi politik lebih dalam.
Ketidakterwakilan itu bisa mendorong lahirnya nasionalis kanan dan sekaligus fundamentalisme.
Bila mereka mengoreksi dengan ideologi di luar demokrasi, ini bisa menjadi masalah bagi perjalanan sejarah bangsa.
Untuk itu, Ruang Demokrasi mengimbau agar partai politik terus mengedukasi generasi Z dan milenial.
Sebab, menurut Ludhy, sejarah hari ini sangat menentukan Indonesia pada masa yang akan datang.
“Ingat, dari pembacaan mereka atas realitas sosial, mereka memiliki pandangan ideal di kepala mereka bagaimana sebuah keadilan dan kemakmuran terwujud dalam sebuah negeri,” paparnya.