News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kemendikbudristek: Kurikulum Prototipe Kurangi Dampak Learning Loss 

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI. Siswa SMPN 9 Semarang melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen mulai Senin (10/1/2022). Pembelajaran tatap muka dilaksanakan hari Senin sampai dengan Jumat dengan ketentuan setiap harinya 6 jam pembelajaran, kecuali hari Jumat hanya 4 jam pelajaran. Pembelajaran tatap muka wajib untuk setiap siswa dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemendikbudristek telah melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap Kurikulum Darurat yang dilaksanakan oleh beberapa sekolah di masa pandemi. 

Hasilnya, penerapan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan. 

"(Saat ini) antara apa yang dipelajari (konteks) dengan penerapannya sangat berbeda. Kenapa kita sesuaikan kurikulum adalah untuk mengatasi learning crisis,” ujar Kepala Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo melalui keterangan tertulis, Senin (17/1/2022).

Baca juga: Kasus Penularan di Lingkungan Sekolah Terus Meluas, Wagub DKI Jelaskan Kenapa PTM Jalan Terus

Baca juga: Tangkal Penyebaran Omicron, Luhut Imbau Perusahaan Ambil Opsi WFH

Baca juga: Ketua DPD RI Dukung Inovasi Kurikulum Sekolah Persiapkan Basis Ekonomi Siswa

Merujuk data PISA, Anindito menyampaikan, hanya sedikit peserta didik di Indonesia yang menguasai keterampilan dasar pada literasi dan numerasi hingga tingkat SMP dan sederajat. 

Kesenjangan di bidang pendidikan dan ekonomi ini katanya, menurutnya, akan menjadi bom waktu bagi generasi yang akan merambah ke sektor lain yakni sosial dan politik. 

Kurikulum yang relevan menurutnya merupakan instrumen yang sangat berpengaruh untuk mencegah kesenjangan terutama bagi peserta didik yang memiliki keterbatasan ekonomi, sosial, maupun geografis. 

“Tidak cukup hanya dengan (penyesuaian) kurikulum, tapi juga kita rancang program Merdeka Belajar sebagai prioritas dalam menangani krisis belajar,” ujar Anindito.

Kurikulum, kata Anindito, berkontribusi dalam mengoptimalisasikan pola ajar para pendidik.

Terbukti, dengan penerapan Kurikulum Darurat ada dampak positif yang signifikan dalam capaian belajar siswa. 

“Kita terapkan Kurikulum Prototipe ini terbatas pada Sekolah Penggerak agar bisa mendapat umpan balik dulu. Tidak ada seleksi bagi sekolah lain yang ingin menjalankan Kurikulum Prototipe, kita dukung. Yang ada hanya pendaftaran dan pendataan,” tutur Anindito. 

Baca juga: Mengenal Kurikulum Prototipe yang akan Jadi Kurikulum Nasional pada 2024

Baca juga: KSP Koordinasi dengan Kemendikbud Ristek Soal Surat Kesediaan Menanggung Risiko Pascavaksin Anak

Para pemangku kepentingan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyambut baik opsi penerapan Kurikulum Prototipe.

Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Sofyan Tan menyambut baik adanya opsi Kurikulum Prototipe yang dinilai dapat mengurangi beban siswa dan guru karena materi yang disajikan lebih sederhana dan fleksibel. 

“Bukan menghapus (kurikulum sebelumnya) tapi ini lebih efisien. Inilah kebijakan umumnya. Saya menyetujui kurikulum ini untuk dilaksanakan di Indonesia," tutur Sofyan. 

Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya. 

Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini