News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PTM Terbatas di Bogor Digelar Mulai 21 Maret 2022, PTM 100 Persen di Surabaya Tunggu PPKM Level 1

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana hari pertama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di SD Mardi Waluya Bogor Jalan Pahlawan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Senin (18/10/2021). Dalam artikel mengulas tentang PTM terbatas di Kota Bogor yang kembali digelar pada Senin (21/3/2022) besok.

TRIBUNNEWSS.COM - Pembelajaran tatap muka (PTM) Terbatas di Kota Bogor, Jawa Barat akan kembali dimulai pada Senin (21/3/2022) besok.

PTM diperbolehkan serentak di Kota Bogor untuk semua jenjang pendidikan.

Bahkan, kelas 1-3 SD juga diizinkan untuk belajar secara tatap muka.

Hal tersebut, dilakukan atas pertimbangan kasus Covid-19 di Kota Bogor yang terus melandai.

Baca juga: Wagub DKI Sebut PTM di Ibu Kota Masih 50 Persen dan Berjalan Kondusif 

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Hanafi menjelaskan, PTM akan digelar untuk semua jenjang pendidikan.

"PTM sudah diperbolehkan serentak. Bahkan untuk seluruh jenjang pendidikan. Bahkan kelas 1-3 SD. Mereka kan sama sekali belum PTM. Kita akan coba," katanya, dikutip Tribunnews.com dari  TribunnewsBogor.com, Minggu (20/3/2022).

Lebih lanjut, Hanafi mengatakan, keseragaman ataupun keserentakan itu tetap menggunakan skema persentase belum keseluruhan.

Menurutnya, PTM yang akan dilaksanakan mulai Senin (21/3/2022) digelar secara terbatas, 50 persen.

"Kita tetap adaptasi. Ga bisa langsung 100% juga. Tapi, kami sudah koordinasikan hal ini kepada KCD dan Pemkot juga," tambahnya.

Meskipun, kata Hanafi, persyaratan untuk menggunakan skema 100% sungguh sangat memungkinkan.

Apalagi persyaratan utamanya dalam hal ini, ialah vaksinasi dan sarana penunjang lainnya.

"Sebenarnya kita sudah cukup syarat untuk melakukan pembelajaran 100%. Capaikan vaksinasi untuk pendidik pun sudah mencapai angka 80%. Tapi, ya balik lagi kesiapan sekolah dan sarana pun harus diperhatikan.”

“Tapi, sejauh ini, semua syarat tersebut sebenarnya sudah memungkinkan," jelasnya.

Meski demikian, harus terus dilakukan koordinasi semua pihak.

Suasana pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). (Tribun Jateng/Desta Leila Kartika)

Kebijakan PTM 100 Persen di Surabaya, Jawa Timur Tunggu PPKM Level 1

Dikutip dari dispendik.surabaya.go.id, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) masih menunggu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1 untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.

Saat ini, pembelajaran SD-SMP di Surabaya masih dilakukan bergantian, yakni PTM 50 persen dan daring 50 persen dengan durasi 6 jam.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, mulai Senin (14/3/2022), PTM SD-SMP diterapkan 50 persen bergantian tanpa sesi karena masih PPKM Level 2.

Kemudian, untuk 50 persennya, mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring.

“Sambil terus kita lakukan evaluasi. Mudah-mudahan level PPKM di Surabaya terus turun ke Level 1 dan bisa menuju ke 100 persen PTM,” kata Yusuf saat menggelar konferensi pers di kantor eks Humas Pemkot Surabaya, Rabu (16/3/2022).

Baca juga: Pemerintah Izinkan PTM 100 Persen Kembali Diadakan, Lapor Covid-19 Sebut Perlu Ada Evaluasi

Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengaku tidak mau terlalu gegabah dalam menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.

Eri mengatakan, akan tetap menggunakan status level PPKM sebagai pertimbangan. 

"PTM 100 persen bisa kalau (PPKM) level 1," kata pria yang akrab disapa Cak Eri itu saat dikonfirmasi, Jumat (18/3/2022). 

Diketahui, saat ini status PPKM di Surabaya berada di level 2.

Status tersebut, lebih baik dibanding 15 daerah lain yang saat ini berada di level 3 (14 daerah) dan level 4 (1 daerah). 

Cak Eri menjelaskan, kesehatan masyarakat, terutama siswa menjadi fokus utama. 

Kota Surabaya yang kini berstatus level 2, disebut masih memiliki jumlah pasien positif lebih tinggi dibandingkan kota lainnya, sebagaimana yang dilansir oleh Surya.co.id.

"Kenapa masing-masing (level PPKM) lebih tinggi, kok berani 100 persen? Jumlah penduduk lebih kecil. Jumlah yang sakit juga kecil," kata Cak Eri. 

"Kasus positif di Surabaya masih banyak. 1000 (kasus) lebih, meskipun level 2. Memang ada yang level 3, tapi kasusnya lebih kecil," jelasnya. 

Sehingga, pihaknya menegaskan tak ingin gegabah menyelenggarakan PTM 100 persen.

Baca juga: Lapor Covid-19 Berikan Empat Masukan Pada Pemerintah Terkait Dilaksanakannya Kembali PTM

P2G Dukung PTM 100 Persen jika Positivity Rate Covid-19 Capai 5 Persen

Dikutip dari Kompas.com, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai pemerintah layak mempertimbangkan dimulainya pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen secara bertahap dalam waktu dekat.

Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim mengatakan, usulan tersebut layak dipertimbangkan apabila positivity rate kasus Covid-19 telah menyentuh 5 persen ke bawah atau kajian epidemiologis lain.

"P2G meminta pemerintah dan pemda memperhitungkan, memetakan perkembangan kasus Covid-19 setidaknya 2 minggu ke depan, sampai awal April, termasuk mengamati tren kasus Covid-19 secara global," kata Satriwan dalam keterangan tertulis, Jumat (18/3/2022).

Satriawan menyebut, sepekan terakhir, positivity rate secara nasional sudah menyentuh 7-8 persen.

Fakta ini baik, mengingat tinggal sedikit lagi untuk memenuhi rekomendasi WHO.

"Jika positivity rate sudah menyentuh angka 5 persen, P2G mendukung sekolah dibuka PTM 100 persen.”

“Angka positivity rate 5 persen jelas berdasarkan rekomendasi WHO selama ini," katanya.

Meski demikian, bila PTM 100 persen dimulai lagi, P2G meminta agar sekolah, guru, orangtua, dan siswa tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan. 

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat, Surya.co.id/Bobby Constantine Koloway, Kompas.com/Vitorio Mantalean)

Simak berita lainnya terkait PTM Terbatas

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini