Dalam sambutannya, Jokowi memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi dunia internasional dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut kepala negara, perubahan iklim adalah tantangan yang mengerikan bila pemerintah dan parlemen tidak berani menggerakkan kebijakan-kebijakan terkait hal tersebut.
"Tapi jangan melupakan bahwa kita menghadapi sebuah hal yang mengerikan kalau kita tidak berani memobilisasi kebijakan-kebijakan baik itu di parlemen maupun di pemerintah, yaitu perubahan iklim," kata Jokowi.
Baca juga: Ajang Bergengsi MotoGP di Mandalika Paripurna, Jokowi: Terima Kasih Masyarakat NTB
Presiden Jokowi pun menyatakan hal yang perlu menjadi sorotan dalam kesepakatan internasional adalah mengenai aksi nyata dari setiap agenda global, termasuk isu-isu terkait perubahan iklim.
"Sering kita bicarakan, sering dirumuskan dalam pertemuan-pertemuan global tapi aksi lapangannya belum kelihatan. Saya beri contoh transisi energi. Dari energi fosil ke energi terbarukan. Dari batubara ke renewable energy,” ujarnya Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi mendorong negara-negara IPU melakukan aksi nyata untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Di antaranya adalah pendanaan iklim, investasi untuk renewable energy, dan transfer technology dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang.
Baca juga: Waketum MUI Sebut Pernyataan Megawati Bisa Jadi Kekuatan Ibu-ibu Lawan Mafia Minyak Goreng
Baca juga: PKS Usulkan Hak Angket Minyak Goreng, PPP: Kasihan Rakyat Disuguhi Kegaduhan Politik
“Saya sangat menghargai apabila parlemen negara-negara IPU bisa memobilisasi bersama pemerintahnya agar bisa betul-betul nyata, konkret, melaksanakannya," kata Jokowi.
“Kalau ini tidak real dilakukan, saya pesimis perubahan iklim betul-betul bisa kita cegah,” tandasnya.
IPU ke-144 yang digelar 20-24 Maret ini mengambil tema Getting to Zero: Mobilizing Parliaments to act on Climate Change” yang dianggap sangat relevan untuk dibahas.