"Dipikir kita bukan negara yang maju buat CCTV saja beli impor," kata Jokowi saat memberikan Pengarahan Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat, (25/3/2022) lalu.
Bahkan kata Presiden seragam dan sepatu tentara/polisi saja didatangkan dari luar negeri.
Padahal produk tersebut sangat bisa dibuat di dalam negeri.
"Selain itu, alat kesehatan, nih pak Menkes, tempat tidur untuk rumah sakit, produksi saya lihat di Yogya ada, Bekasi, Tangerang. Ada (malah) beli impor," katanya.
Belum lagi alat pertanian seperti traktor yang didatangkan dari luar negeri.
Padahal traktor tersebut tidak high technology.
Sebut Nama Menteri
Presiden bahkan mencontohkan traktor yang digunakan untuk menanam jagung di Atambua, Kamis (24/3/2022) kemarin.
"Alsintan, Pak Mentan (Menteri Pertanian). Apa traktor-traktor kaya gitu bukan high tech aja impor, jengkel saya. Saya kemarin dari Atambua menanam jagung, saya lihat traktor, Alsintan, saya lihat aduh, gak boleh pak menteri, gak boleh. Pensil, kertas, saya cek, impor, pulpen, ini apa ini," kata Jokowi.
Presiden meminta Kementerian, Pemda, dan BUMN untuk membeli produk dalam negeri.
Jokowi juga meminta 40 persen dari anggaran pengadaan barang dan jasa yang ada di masing-masing lembaga atau institusi digunakan untuk membeli produk UMKM dalam negeri.
"Kita hanya minta 40 persen dulu, targetnya enggak banyak- banyak saja sampai Mei," kata Presiden.
Presiden menegaskan dengan membeli barang impor, Indonesia malah memberikan pekerjaan ke negara lain.
Sementara apabila dibelikan produk dalam negeri atau UMKM maka uang akan berputar di dalam negeri.
"Coba kita belokkan semuanya ke sini, barang yang kita beli, barang dalam negeri berarti akan ada investasi."
"Itu berarti membuka lapangan pekerjaan tadi sudah dihitung, bisa membuka 2 juta lapangan pekerjaan, kalau ini tidak dilakukan sekali lagi bodoh banget kita ini," ujarnya.