Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyebut bahwa hari ini masih ada luka yang terdalam dari perbedaan politik bangsa ini.
Dimana, Cak Imin mencontohkan, kasus pemukulan terhadap pegiat media sosial sekaligus Dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando adalah penanda masih adanya luka akibat polarisasi karena perbedaan politik.
Hal itu disampaikam Cak Imin dalam Puncak Peringatan Hari Lahir ke-62 PMII 'Transformasi Gerakan, Merawar Perbedaan' yang disiarkan kanal PMIIofficial," Senin (18/4/2022).
"Pemukulan Ade Armando bukan peristiwa personal, pemukulan Ade Armando adalah peristiwa adanya bara api yang masih terpendam di dalam bangsa ini, ini harus dibuka dan dibicarakan sehingga tidak menyisakan apapun di kemudian hari," kata Cak Imin.
Baca juga: Sempat Dikira Abdul Manaf, Pria Bertopi yang Pukul Ade Armando Belum Teridentifikasi
Wakil Ketua DPR RI ini pun berharap seluruh anggota PMII bisa menjadi jembatan untuk mengembalikan prinsip musyawarah mufakat di tengah perbedaan pandangan, termasuk politik.
Tak hanya itu, ia juga mendorong anggota PMII membuka pintu dialog seluas-luasnya kepada semua pihak.
"Saya berharap PMII bisa menjadi inspirasi pemikiran gagasan untuk dialog yang lebih terbuka bagi seluruh anak bangsa," jelasnya.
Sebelumnya, pada massa aksi 11 April 2022 berdemonstrasi di depan Gedung DPR. Namun, di tengah orasi berlangsung terdapat beberapa orang yang mengeroyok Ade Armando.
Diduga pelaku adalah bagian dari demonstran yang tak puas dengan massa mahasiswa yang membubarkan diri usai ditemui perwakilan Anggota DPR.
Sebelum mengeroyok Ade Armando, beberapa massa sempat memprovokasi para mahasiswa dengan lembaran botol minuman.
Terlihat dalam video yang beredar di media sosial, Ade Armando dikeroyok bahkan ditelanjangi.
Ade tak berkutik dan terjebak di tengah-tengah massa yang mengeroyoki tanpa perlindungan.
Selain dipukuli, Ade yang hadir bersama kelompok Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) kewalahan dan jadi bulan-bulanan massa yang terlihat marah.