TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Harian DPP Partai Demokrat kembali mengadakan silaturahmi sekaligus buka puasa bersama di kediaman Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Benny K Harman, di kawasan Lebak Bulus, Selasa (19/4/2022).
Tampak hadir dalam acara itu Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng, Ketua Bapilu Andi Arief.
Juga pengurus DPP Demokrat, Imelda Sari, Michael Wattimena, Umar Arsal, dan tokoh senior Sarjan Taher.
Baca juga: Anak Buah Jadi Tersangka Mafia Minyak Goreng di Kejagung, Bagaimana Nasib Menteri Perdagangan ?
Baca juga: Periksa 19 Saksi, 596 Dokumen dan Saksi Ahli, Akhirnya Dalang Mafia Minyak Goreng Terbongkar
Dalam pertemuan tersebut, tercetus sebuah diskusi yang dinamakan Pendopo Kebangsaan Lebak Bulus.
Pertemuan itu bertujuan untuk menguatkan silaturahmi sesama kader Partai Demorkat dan membahas isu-isu politik terkini.
Di sisi lain, pertemuan juga dimaksudkan untuk menguatkan barisan dan kesetiaan terhadap Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam kegiatan itu, Benny K Harman menjelaskan, kegiatan buka bersama adalah upaya untuk menjaga silaturahmi sesama kader Demokrat.
Tak lupa, dia mengingatkan kembali mengenai kesetiaan terhadap AHY dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
"Apa pun yang terjadi wajib sebagai kader taat kepada AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Jadi kita sebagai kader harus setia kepada AHY. AHY adalah lokomotif Partai Demokrat, dan SBY adalah panutan kader," kata Benny.
Baca juga: Demokrat Apresiasi Julukan Bapak Perdamaian untuk SBY: Tapi Lebih Tepat Bapak Demokrasi
Hal yang berbeda dikatakan Andi Mallarangeng. Dia menyikapi adanya wacana perpanjangan pemilu dan demo mahasiswa 11 April 2022 lalu.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga era SBY menyebutkan, pembisik di lingkaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkesan kurang utuh.
Hal itu pula yang mengakibatkan gelombang aksi protes melalui demonstrasi terus berdatangan.
"Kita harapkan pembisik Presiden Jokowi harus menyampaikan yang utuh dan benar, tidak seperti saat ini terkesan tidak utuh. Sehingga sampai saat ini isu wacana penundaan pemilu masih terjadi dan mengakibatkan gelombang demo masih ada," ujar Andi Mallarangeng.
“Kalau perpanjangan pemilu saya anggap selesai saat demo kemarin. Tapi jangan salah, wacana tiga periode Presiden bisa saja di mainkan kembali usai lebaran. Makanya harus utuh pembisik kepada Presiden," lanjutnya.
Dia lalu membandingkan gaya kepemimpinan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Jokowi.
Menurutnya, di era SBY semua permasalahan dapat diatasi dengan baik dan selesai. Para pembantu presiden di kabinet kala itu, juga selalu berhati-hati dalam berbicara.
“Berbeda yang terjadi saat ini, para menteri masih terus bicara soal penundaan pemilu. Harusnya para menteri taat kepada atasannya, yaitu Presiden. Harusnya mereka bisa satu garis dengan Presiden," kata Andi Mallarangeng.
Dia juga menyoroti perihal keutuhan dari koalisi pemerintahan Presiden Jokowi. Dia tegaskan bahwa para partai koalisi terlihat berjalan tidak beriringan.
“Yang terjadi saat ini partai koalisi pemerintahan Presiden Jokowi tidak utuh lagi. Karena partai politik sudah memikirkan bagaimana berkoalisi di Pemilu 2024. Partai politik sekarang hanya memikirkan bagaimana berkoalisi di 2024," pungkas Andi Mallarangeng.