TRIBUNNEWS.COM - Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Rezza Akbar mengomentari terkait pro kontra Partai Mahasiswa Indonesia.
Rezza mengatakan, munculnya partai tersebut merupakan motif untuk mengaburkan publik terkait kekuatan mahasiswa dalam mengkritisi pemerintah.
“Motif utama yang saya lihat dari keberadaan Partai Mahasiswa Indonesia ini adalah untuk mengaburkan publik."
"Setidaknya menimbulkan kesadaran bahwa kekuatan-kekuatan atau elemen-elemen kritis dari pemerintah tidaklah solid, khususnya mahasiswa,” jelasnya dalam acara Panggung Demokrasi bertajuk “Kontroversi Partai Mahasiswa” pada Rabu (27/4/2022).
Soal perlu tidaknya Partai Mahasiswa Indonesia, Rezza menjelaskan mengenai posisi mahasiswa di tengah masyarakat saat ini.
Baca juga: Panggung Demokrasi Tribunnews 27 April 2022: Kontroversi Partai Mahasiswa
Baca juga: Soal Partai Mahasiswa Indonesia, Ini Tanggapan Pengamat hingga BEM SI
Menurutnya, posisi mahasiswa di masyarakat sedang mengalami permasalahan.
“Kita harus melihat dulu mahasiswa itu apa. Mahasiswa adalah gerakan moral, gerakan sosial, dan gerakan intelektual yang hadir dan eksis untuk mengusung perubahan.”
“Khususnya ketika dalam kondisi atau keadaan dimana masyarakat itu sedang tidak baik-baik saja,” kata Rezza.
Sehingga, Rezza mengatakan, posisi mahasiswa tersebut menjadikan adanya dilema setelah kemunculan Partai Mahasiswa Indonesia.
Ia juga mengatakan, adanya Partai Mahasiswa Indonesia membuat mahasiswa tidak ada bedanya dengan politisi yang bernaung dalam partai politik (parpol).
Padahal, imbuhnya, politisi dan partai politik adalah subjek dari kritik yang menjadikan adanya gerakan mahasiswa.
“Persoalannya kemudian, partai politik adalah mekanisme struktural secara formal untuk terlibat dalam kontestasi politik dalam suatu negara demokrasi dalam periode tertentu untuk berkontestasi merebut kekuasaan.”
“Sehingga ada satu dilema atau paradoks yagn bisa muncul di sini, bagaimana konsekuensi dan upaya memperjuangkan aspek-aspek moral tadi itu yang umumnya nir kepentingan, umunya tidak tedensius ketika kemudian pola geraknya mereka nyaris tidak ada bedanya dengan politisi yang justru dikritisi,” bebernya.
Baca juga: Kontroversi Partai Mahasiswa: Terdaftar di Kemenkumham tapi Dituding BEM Nusantara Partai Siluman
Hal ini, jelasnya, membuat gerakan sosial dan berubah menjadi bersifat politik praktis oleh mahasiswa membuatnya kehilangan esensi dari gerakannya.