TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD dalam khotbah Salat Idul Fitrinya mengajak untuk mengembalikan Indonesia ke fitrahnya.
Mahfud mengatakan salah satu hikmah Idul Fitri adalah kembali ke kesucian atau ke asal kejadian.
Ia kemudian mengajak untuk kembali ke kesucian kita sebagai makhluk sosial yakni makhluk yang hidup bersama dan mempunyai negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
NKRI, kata dia, adalah entitas, kenyataan, fakta, yang juga harus disucikan kembali.
Maksud Mahfud yakni dikembalikan ke asal idealisme, fisolofi pendiriannya.
Asal pendiriannya, lanjut Mahfud, bahwa NKRI dulu asalnya dibangun dengan cara kebersamaan.
Oleh sebab itu, kata dia, kalau mau memfitrahkan kembali Indonesia, maka kita harus bersatu membangun bangsa.
Indonesia, kata dia, dulu dibangun dengan kebersamaan dan gotong royong di antara berbagai ikatan primordial berbagai suku yang berkumpul memfitrahkan atau melahirkan Indonesia.
Baca juga: Mohon Maaf Tidak Ada Open House di Rumah Ketua Umum PDIP Megawati
Mahfud mengingatkan bahwa Indonesia memiliki semboyan yakni Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna meski kita berbeda-beda tetapi bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan bersama tersebut, kata Mahfud, berdasar Pancasila yang disebut mitsaqan ghalidza atau kesepakatan luhur.
Negara, kata dia, dibangun berdasar kalimatun sawa' atau ide-ide yang sama di antaranya keadilan dan bertakwa kepada Tuhan.
Oleh sebab, lanjut dia, hal-hal yang sifatnya pribadi maka dikembalikan kepada pribadi, akan tetapi ada juga hal-hal yang sifatnya membangun kehidupan bersama di antaranya menjaga lingkungan hidup, mencari pemimpin yang adil, menegakan hukum, membangun musyawarah, dan sebagainya.
Hal tersebut disampaikannya dalam khotbah Salat Idulfitri 1443 H di Masjid Nursiah Daud Paloh Kedoya Jakarta Barat pada Senin (2/5/2022).
"Mari kita kembalikan sekarang Indonesia ke dalam fitrahnya. Fitrah 28 Oktober 1928 dan fitrah 17 Agustus 1945 bahwa kita bersatu dalam keberbedaan karena kita punya al mitsaq, kesepakatan atau perjanjian yang sungguh-sungguh dalam ikatan primordial lain, agama lain, serta kalimatun sawa, tujuan dan visi yang sama," kata Mahfud.
Di dalam negara yang seperti itu, lanjut Mahfud, maka kita punya apa yang kita sebut sebagai negara kesepakatan yang dalam pelaksanaannya bagi umat Islam berwawasan moderasi beragama atau Islam Wasathiyah.
Islam Wasathiyah, kata Mahfud dahulu dikembangkan dan disebarkan di Indonesia oleh para ulama, ormas, serta tokoh pesantren.
"Sehingga kita tidak boleh semena-mena, tidak boleh kita ini terlalu egois karena negara ini adalah negara milik bersama. Itulah kesejatian asal Indonesia. Sehingga mari melalui Idul Fitri ini kita fitrahkan kembali Indonesia dari perjalanannya yang mungkin ada yang kurang tepat kita lakukan selama ini," kata Mahfud.